"Mereka masih hidup! Masih hidup!
Jakarta (ANTARA News) - Para petugas penyelamat bergegas menggali apa pun Rabu waktu setempat demi mencari para penyintas gempa bumi dahsyat 7,1 Magnitudo yang menewaskan sekitar 200 orang di Meksiko.  Namun hampir seluruh negeri mencurahkan perhatian kepada kemungkinan ditemukannya tanda-tanda kehidupan di sebuah gedung sekolah yang ambruk di ibu kota negara itu.

Sampai sejauh ini sudah 225 orang tewas akibat bencana alam ini, kata kepala badan tanggap bencana nasional, Luis Felipe Puente, via Twitter. Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto memperkirakan jumlah itu kemungkinan terus bertambah.

Petugas pemadam kebakaran, polisi, tentara dan relawan bahu membahu menyingkirkan puing-puing, sambil berharap menemukan korban selamat di bawah reruntuhan bangunan yang ambruk.

Tetapi misi pencarian yang paling mendebarkan terjadi di sebuah sekolah di bagian selatan Mexico City di mana 21 anak berusia tujuh sampai 13 tahun, ditambah lima orang dewasa, ditimpa bangunan ambruk hidup-hidup. Banyak anak masih belum ditemukan.

Sampai Rabu sore waktu setempat atau 24 jam setelah gempa dahsyat melabrak Meksiko, para petugas penyelamat bekerja di bawah tatapan para orang tua yang harap-harap cemas menantikan kabar mengenai nasib anak mereka, untuk menemukan apa pun tanda kehidupan di bawah reruntuhan bangunan ambruk dengan memanfaatkan pemindai suhu.

"Mereka masih hidup! Masih hidup!" teriak relawan Perlindungan Sipil bernama Enrique Gardia (37). "Ada orang yang memukul dinding beberapa kali di satu tempat, dan di tempat lain ada yang menjawab sinyal cahaya dengan lampu."

"Kami bertahan di sini sejak kemarin tetapi kami tak bisa menjangkau mereka, karena mereka terperangkap di antara dua bongkahan," sambung dia seperti dikutip AFP.

Sejauh ini, sebelas anak dan paling sedikit seorang guru berhasil diselamatkan dari reruntuhan gedung SD dan SMP Enrique Rebsamen itu.

"Tak ada yang bisa merasakan sakit yang saya rasakan saat ini," kata seorang ibu bernama Adriana Fargo yang berdiri di luar reruntuhan sekolah yang ambruk itu guna menantikan kabar mengenai nasib anak perempuannya yang berumur tujuh tahun.



Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017