Bandung (ANTARA News) - Sebanyak 17 gunung api di Indonesia yang dipantau intensif Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, berstatus waspada atau level II selama bulan Agustus 2017, namun sebagian besar masih aman dikunjungi.

"Gunung api yang masih memperlihatkan aktivitas erupsi adalah gunung Ibu di Kabupaten Halmahera Barat, Gunung Dukono di Kabupaten Halmahera Utara," ujar Kepala PVMBG Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Kasbani, di Bandung, Rabu.

Sementara untuk 15 gunung api lainnya masih terus dipantau dan belum menunjukan aktivitas peningkatan atau penurunan kegempaan. Seperti Gunung Gamalama, Sangeangapi, Kerinci, Marapi, Anak Krakatau, Semeru, Bromo, Rinjani, Soputan, Karangetang, Rokatenda, Gamkonora, Lokon, Banda Api, dan Dempo.

Meski berstatus waspada, kata Kasbani, kawasan gunung itu aman untuk kunjungan wisata gunung api dengan syarat mengikuti rambu-rambu di sekitar lokasi wisata tersebut.

Sementara itu, Gunung Sinabung di Sumatera Utara masih berstatus awas atau berada di level IV. Selama Agustus sebanyak 65 kejadian erupsi teramati PVMBG. Tinggi kolom erupsi berkisar antara 500-2.000 meter di atas puncak.

"Guguran awan panas teramati 22 kali kejadian dengan mengarah timur-tenggara sejauh 2.000-4.500 meter," katanya.

Untuk tingkat kegempaan didominasi oleh gempa guguran dan Low Frequency masing-masing terekam sebanyak 1.487 dan 591 kejadian perbulan. Untuk gempa erupsi terekam selama Agustus 2017 sebanyak 79 kejadian perbulan.

Ia meminta masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan gunung tersebut, untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak, tujuh kilometer untuk sektor selatan-tenggara, enam kilometer untuk sektor tenggara-timur, serta di dalam jarak empat kilometer untuk sektor utara-timur Gunung Sinabung.

Selain itu, masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap potensi bahaya lahar. Mengingat telah terbentuk bendungan di hulu Sungai Laborus. Maka, penduduk yang bermukim dan beraktivitas di sekitar hilir daerah aliran sungai tersebut untuk meningkatkan kewaspadaannya.

"Karena bendungan ini sewaktu-waktu dapat jebol karena tidak kuat menahan volume air sehingga mengakibatkan lahar atau banjir bandang ke hilir," kata dia.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017