Jakarta (ANTARA News) - PDI Perjuangan menggelar Wayang Kulit dalam rangka memperingati Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli (Kudatuli) pada 1996 di Lapangan Parkir Kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat malam.

Wayang dengan lakon Abimanyu Ranjam oleh Ki Dalang Warseno Slank menggambarkan perjuangan anak muda yang gagah berani dalam memperjuangkan kebenaran, merujuk perjuangan Abimanyu sebagai Panglima Perang Pandawa melawan keangkaramurkaan Kurawa dalam Perang Baratayudha.

Hadir dalam pagelaran tersebut antara lain Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, serta Ketua DPP PDI Perjuangan Nusyirwan Soedjono.

"Lakon Abimanyu Ranjam ini sangat cocok dalam konteks memperingati Tragedi 27 Juli. Ini menggambarkan seorang pemuda yang gagah berani dalam perjuangan. Sebagai pemuda yang menjadi Senopati Pandawa, Abimanyu tidak menghiraukan keselamatan nyawanya demi perjuangan yang diyakini benar," kata Mendagri Tjahjo Kumolo, disela acara nonton wayang.

Dalam lakon ini, kata Tjahjo, ada nilai yang menjadi inspirasi perjuangan bagi generasi muda. Yang bisa dicontoh dan menjadi inspirasi dari sosok Abimanyu, adalah konsistensinya dalam membela kebenaran dan keberaniannya untuk membawa harum negaranya.

Meski dengan perjuangan yang penuh lika-liku dan penuh tipu muslihat yang diperankan oleh Kurawa, sebagaimana dilakukan Sangkuni dan Dorna, tetapi Abimanyu tetap konsisten dan berani. Meskipun pada akhirnya nyawa yang menjadi taruhannya.

"Dan apa yang diperankan Abimanyu sebagai panglima telah mampu membangkitkan suasana pembelaan, sehingga ada kebangkitan dari Arjuna dan juga totalitas Batara Kresna dalam upayanya membela kebenaran," jelasnya.

Selain inspiratif dari sisi keberanian dan konsistensi pemuda dalam perjuangan, lakon ini juga menggambarkan bagaimana dedikasi yang harus diberikan dalam membela kebenaran dan membela tanah air.

"Artinya, penting bagi pemuda para generasi bangsa untuk mendedikasikan diri dan loyalitas dalam sebuah proses apapun. Baik dalam tata kelola pemerintahan, kepartaian itu untuk eksis diperlukan anak muda seperti Abimanyu," ujarnya.

Dalam konteks Tragedi 27 Juli, tentu ada kesamaan dari sisi semangat dan keberanian anak muda saat itu dalam menyuarakan kebenaran.

Dan ending dari lakon Abimanyu Ranjam, lanjut Tjahjo, adalah lahirnya raja besar Kerajaan Hastinapura yakni Parikesit, yang menjadi raja tersohor dan dikenal karena kepemimpinannya yang adil sehingga rakyatnya sejahtera.

(Baca: Sekjen PDIP: wayang jadi gambaran dinamika politik)

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017