Solo, Jawa Tengah (ANTARA News) - Wakil Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Iwan Kurniawan Lukminto, mengatakan, mereka mendapat keuntungan dari keragaman spesifikasi pesanan seragam militer banyak negara. 

Mereka, kata dia, di Solo, Jumat, beroleh pengayaan wawasan untuk terus menambah modifikasi seragam militer Indonesia. "Kami mempunyai keuntungan bagaimana menularkan spesifikasi dari luar negeri ke Indonesia," kata dia.

Hingga saat itu, Sritex mampu menjawab keperluan seragam militer 30 negara dengan iklim dan cuaca yang sangat beraneka. Mulai Malaysia (tropis basah), Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Sudan (gurun pasir), Austria, Jerman, dan Belanda, dan Amerika Serikat yang adalah negara anggota NATO.

Setiap negara memiliki spesifikasi yang berbeda, misalnya, sesuai dengan iklim di negara masing-masing.
"Pastinya setiap negara akan mempunyai spesifikasi sendiri," kata dia.

"Bagi Eropa, seragam anti infra merah sudah menjadi suatu standar, tapi itu belum jadi standar untuk negara ASEAN. Misal, yang kami jual ke Timur Tengah dari segi warna kami sesuaikan dengan iklim mereka karena mereka negara panas pasti mereka sangat peduli dengan kenyamanan," ujarnya.

Dia mencontohkan, salah satu inovasi yang ditularkan pada seragam militer Indonesia adalah seragam antiserangga yang dipakai pasukan perdamaian Indonesia yang dikirim ke Lebanon.

Lukminto menuturkan, teknologi yang digunakan untuk seragam militer asing akan terus diperkenalkan bagi tentara Indonesia.

"Ini pun secara teknologi akan kami terus perkenalkan untuk tentara kita, di antaranya loreng NKRI adalah hasil gambar kami disamarkan bentuk Kepulauan Indonesia itu salah satu produk kami. Ini produk 100 persen gambar kami," tuturnya.

Dia menuturkan sebanyak 95 persen seragam militer Indonesia dikerjakan Sritex, termasuk sebagian besar pakaian dasar harian dan lapangan.

Pewarta: Martha Simanjuntak
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016