Nairobi (ANTARA News) - Blok Afrika Timur pada Sabtu (18/4) mengutuk peningkatan gelombang serangan xenofobia terhadap orang asing di beberapa wilayah Afrika Selatan dalam satu pekan belakangan.

Sekretaris Pelaksana Lembaga Antar-Pemerintah mengenai Pembangunan (IGAD) Mahboub Maalim mengatakan "menyesalkan dan perlu tindakan mendesak" atas kerusuhan yang telah menewaskan enam orang dalam peristiwan yang meletus pada 25 Maret.

"Maalim menyatakan, dengan penyesalan, warga dari negara anggota IGAD termasuk di antara mereka yang mendapat serangan langsung," kata pernyataan tersebut.

Ia memuji tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Afrika Selatan untuk memulihkan hukum dan ketenangan di daerah yang terpengaruh dan menyerukan tindakan lain guna menghentikan serangan dan pembunuhan orang asing Afrika yang tak bersalah di Afrika Selatan.

Kekerasan yang ditujukan kepada toko milik pendatang berawal di Kota Pelabuhan Durban, tempat dua orang asing dan tiga orang Afrika Selatan terbunuh. Warga telah menuduh pendatang Afrika merampas pekerjaan mereka dan melakukan kejahatan.

Orang keenam meninggal pada Rabu (15/4) dan mayat seorang warga negara asing ditemukan di Kota Verulam, tempat massa menyerang rumahnya, demikian laporan Xinhua. Orang yang berusia 58 tahun tersebut melarikan diri dan meninggal akibat lukanya di rumahnya, kata polisi Afrika Selatan.

Menurut polisi, sebanyak 120 orang telah ditangkap di seluruh Provinsi KwaZulu-Natal karena mereka melakukan bermacam pelanggaran yang berkaitan dengan kerusuhan.

Di dalam pernyataannya, Maalim memuji upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan misi diplomatik dari keenam anggota blok regional IGAD di Afrika Selatan bagi perlindungan dan pemulangan warga mereka yang terpengaruh.

Ia mengatakan negara Afrika perlu bekerja sama untuk menangani tantangan kemiskinan dan pengangguran yang memicu serangan xenofobia di Afrika Selatan dan membangun masa depan yang lebih baik buat warga mereka.

Seringnya kerusuhan anti-pendatang diduga terjadi akibat pengangguran yang tinggi, yang secara resmi mencapai 25 persen, walaupun beberapa ahli ekonomi mengatakan pada kenyataannya jumlahnya jauh lebih besar, kemiskinan yang tersebar luas dan jurang kesenjangan penghasilan yang lebar.

Gelombang paling akhir kerusuhan meletus setelah Raja Zulu Goodwill Zwelithini sebagaimana dikutip media setempat mengatakan orang asing mesti meninggalkan Afrika Selatan. Ia sejak itu telah mengatakan komentarnya disalah-tafsirkan dan telah mendesak warga agar tenang.

(Uu.C003)

(T.C003/A/C003/C003) 19-04-2015 11:33:58

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015