Beijing (ANTARA) - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) China yang dikelola pemerintah pusat semakin gencar melakukan investasi di Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China barat laut, dengan tujuan untuk mendukung pembangunan regional.
Menurut sebuah konferensi yang digelar oleh pemerintah daerah Xinjiang pada Rabu (12/3) di Beijing, lebih dari 40 BUMN China yang dikelola pemerintah pusat melaksanakan 336 proyek di daerah otonom tersebut tahun lalu.
Investasi aktual yang tercatat sepanjang 2024 mencapai lebih dari 280 miliar yuan (1 yuan setara dengam Rp2.271), melonjak 63,7 persen dalam basis tahunan.
Investasi-investasi itu mencakup berbagai sektor seperti minyak bumi, gas alam, batu bara, energi baru, dan transportasi.
Sejumlah proyek penting termasuk pangkalan minyak serpih yang berhasil melampaui output produksi tahunan sebesar 1 juta ton pada 2024, yang menandai terobosan dalam eksploitasi minyak serpih di China.
Selain itu, Terowongan Tianshan Shengli sepanjang 22,13 km, terowongan jalan tol terpanjang di dunia, berhasil merampungkan pengerjaan terowongan tahun lalu. Setelah beroperasi, terowongan ini akan memangkas waktu perjalanan melintasi bagian tengah Pegunungan Tianshan dari semula beberapa jam menjadi hanya sekitar 20 menit.
Pada 2025, lebih dari 40 BUMN China yang dikelola pemerintah pusat akan menginvestasikan lebih dari 380 miliar yuan di Xinjiang, kata wakil ketua pemerintah daerah Chen Weijun. Kerja sama proyek akan mencakup sejumlah bidang, di antaranya penyimpanan energi, pusat komputasi cerdas, manufaktur peralatan dan obat-obatan.
Chen menuturkan BUMN China yang dikelola pemerintah pusat memainkan peran penting dalam mendorong penciptaan lapangan kerja, meningkatkan mata pencaharian, serta mendorong pengembangan industri dan pertumbuhan ekonomi di Xinjiang.
Produk domestik bruto (PDB) Xinjiang tumbuh 6,1 persen tahun lalu, melampaui angka 2 triliun yuan. Tahun ini, seiring dengan perayaan 70 tahun berdirinya daerah otonom itu, Xinjiang menargetkan pembangunan sosial dan ekonomi yang solid.
Pewarta: Xinhua
Editor: Martha Herlinawati Simanjuntak
Copyright © ANTARA 2025