Saya puas. Menurut saya, untuk ukuran adaptasi, film ini setia pada bukunya, bahkan dialognya mirip sekali 90 persen
Jakarta (ANTARA News) - Bagi manusia yang melihat hidup hanya hitam dan putih, Supernova memperingatkan anda untuk bersiap dan bergegas diri guna menjalani hidup yang sarat akan energi cinta, bukan hidup yang cuma "mencari untung, mengejar profit". 

Sesegera, kisah dalam Film "Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh" akan menjadi titik turbulensi anda.

Film yang diadaptasi dari novel laris karya Dewi "Dee" Lestari menggiring penonton pada deretan pertanyaan besar tentang apa itu hidup? Apa itu cinta? Mengapa kita ada di dunia ini? Apakah anda percaya pada takdir? Dan apakah anda percaya Tuhan?

Perenungan tersebut dikemas dalam sebuah kisah cinta berbumbu roman sains tentang cerita tiga anak manusia yang mencintai, dicintai, dan disakiti.

Kisah yang membawa Rana (Raline Shah), Ferre (Herjunot Ali), Arwin (Fedi Nuril) pada pertanyaan-pertanyaan mendasar dibalik segala materi yang sudah mereka miliki. Lalu muncul sosok misterius yang sangat memesona bernama Diva (Paula Verhoeven).

Petualangan cinta romantis dan penuh air mata mereka berawal dari sebuah pesta di kondominium mewah yang mempertemukan Reuben (Arifin Putra) dan Dimas (Hamish Daud), mahasiswa yang sedang belajar di Washinton, Amerika Serikat.

Pada malam itu, keduanya yang akhirnya menjalin asmara itu berjanji sepuluh tahun mendatang akan menulis sebuah cerita roman sains yang menggerakhan hati banyak orang. Kisah tentang Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh.

Sepuluh tahun kemudian, drama pun di mulai di sebuah kota bernama Pseudo Jakarta.

Supernova, cyber avatar yang diciptakan Reuben dan Dimas, merupakan sosok misterius yang menjadi ketergantungan banyak orang karena selalu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka.

Supernova mengingatkan bahwa sesempurna apapun sebuah tatanan, dapat dipastikan chaos selalu ada. Bagaikan siluman badai yang begitu mencapai titik kritisnya, dia akan lepas mengobrak-abrik.

Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh

Guncangan turbulensi itu mendarat pada kehidupan Rana, yang tampak sempurna. Sebuah sesi wawancara ekslusifnya sebagai wakil pemimpin redaksi majalah wanita papan atas di Indonesia dengan seorang eksekutif muda, kaya, pintar, dan terkenal mengubah jalan hidupnya, ia dan pria itu yang bernama Ferre.

Wawancara yang awalnya penuh tensi itu melarut menjadi obrolan manis yang membawa mereka melebur bersama pada berjuta rasa. Keduanya jatuh cinta.

Penonton bisa merasakan cinta yang begitu mendalam sekaligus menyayat hati yang dengan apik dimainkan oleh Herjunot Ali dan Raline Shah.

Saat Ferre dan Rana dimabuk cinta, rasa iba tidak bisa terhindarkan terhadap sosok Arwin yang dimainkan Fedi Nuril. Sosok yang begitu baik, sukses, dan suami idaman.

Ferre dan Rana tidak bisa lepas dari kekacauan cinta terlarang yang terasa benar dan keteraturan kehidupan pribadi rumah tangga Rana dan Arwin yang baik-baik saja tetapi terasa salah.

Seolah-olah ketiganya sama-sama merenungi dan bertanya: "Siapa yang paling berhak menentukan kebahagiaan untuk kita sendiri?"

Sementara itu, sosok Diva, model papan atas tiba-tiba muncul dalam kehidupan Ferre. Ia hadir dalam sisi tergelap Ferre.

Meskipun akting Paula Verhoeven dalam film pertamanya ini bisa dibilang belum betul-betul luwes, Paula cukup bisa menampilkan sosok Diva yang anggun dan selalu mencuri perhatian.

Lalu siapakah itu Supernova?

Penuh Kejutan

Akhirnya, sang Produser Sunil Soraya membuktikan keseriusannya untuk menggarap Supernova setelah membutuhkan waktu enam tahun untuk mendapatkan restu dari penulis novelnyanya, Dewi Lestari.

Keindahan Washington, Jakarta, Labuan Bajo, Danau Toba, Madura, Bali, Banyuwangi yang dirangkum dengan pas oleh sutradara Rizal Mantovani, menambah kemegahan film tersebut.

Penonton tidak hanya dilarutkan dalam kisah yang romantis, dialog-dialog yang puitis, serta cerita yang membawa perenungan, akan tetapi juga tampilan keindahan yang memanjakan mata. Semuanya meledak bersama Supernova.

Raungan musik Nidji dengan lirik yang menyentuh menambah komplet kisah Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Ada beberapa adegan epik pada film drama berdurasi 2 jam 17 menit itu diselipi beberapa animasi yang menggambarkan alam pikiran.

Namun, baik Sunil dan Rizal tampaknya bisa lega karena Dewi Lestari yang tidak terlibat dalam penggarapan film tersebut ternyata cukup puas. Mereka dan para pemain dianggap berhasil menterjemahkan novel yang banyak dinilai "rumit" itu ke dalam sebuah film.

"Saya puas. Menurut saya, untuk ukuran adaptasi, film ini setia pada bukunya, bahkan dialognya mirip sekali 90 persen," kata Dewi usai penayangan perdana Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh, di Jakarta, Sabtu (6/12) malam.

"Ini akan jadi petualangan baru bagi penonton Indonesia," ujar Dewi yang juga dikenal sebagai penyanyi itu.
(M047)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014