5 persen manusia bisa menyebarkan virus itu setelah menginkubasinya selama lebih dari tiga pekan"
Jakarta (ANTARA News) - Kendati para pejabat pemerintah mengungkapkan keyakinannya bahwa ilmuwan sudah mengetahui fakta-fakta kunci di balik Ebola, tetap banyak pertanyaan penting yang tak terjawab mengenai bagaimana mencegah virus itu menyebar, kata para peneliti dalam workshop di Institut Kesehatan pada Akademi Nasional di Washington seperti dikutip Reuters.

Pada hakikatnya semua yang tidak diketahui memiliki konsekuensi praktis sehingga menjadi konyol dan mungkin berbahaya jika melandaskan kebijakan pada keilmuan yang lemah, kata para ilmuwan.

Contohnya, para pakar virus (virolog) yakin bahwa Ebola menyebar ketika orang menjalin kontak dengan cairan tubuh yang sarat virus tersebut yaitu dari tubuh orang-orang yang sudah sakit dan kemudian menyentuh mata, hidung atau mulut mereka, sehingga virus itu menyeberang melalui selaput lendir dan kemudian memasuki aliran darah.

Tetapi penetrasi melalui kontak kulit juga tak bisa dikesampingkan, kata pakar demam berdarah Thomas Ksiarek dari Universitas Ilmu Kesehatan Texas (UTMB) yang mengetuai sesi perutean penyebaran Ebola.

"Apakah pemutih atau pembersih tangan membuat kulit lebih rentan ditembus virus?", tanya Dr. C.J. Peters dari UTMB.

Pemutih dan pembersih tangan adalah umum digunakan warga Afrika Barat untuk melindungi diri dari Ebola. "Ini adalah pertanyaan yang harus dilontarkan."

Pertanyaan krusial lainnya adalah apakah virus Ebola bisa disebarkan oleh orang yang tidak menunjukkan gejala-gejala. Selama berbulan-bulan para pejabat kesehatan masyarakat di Amerika Serikat dan di seluruh dunia menegaskan bahwa itu tak mungkin terjadi.

Namun kemungkinan penyebaran subklinis semacam itu masih sangat terbuka, kata Dr. Andrew Pavia, ketua studi penyakit menular pada anak di Universitas Utah.

Para pakar juga tidak mengetahui apakah katar penularan virus itu tergantung pada bagaimana virus tersebut memasuki tubuh, kata Pavia.

Juga tidak diketahui apakah masa antara terpaparnya Ebola dan timbulnya gejala-gejala tergantung pada cairan tubuh mana yang menjalin kontak dengan seseorang.

Jika itu terjadi, maka seseorang terpapar melalui, katakanlah, air liur dan bukannya darah, mungkin telah menginkubasi virus lebih lama dari waktu resmi 21 hari seperti berulang kali diutarakan sebagai batas terluar dari periode inkubasi virus.

Itu berarti masa inkubasi paling lama selama wabah Ebola 1976, kata Dr. C.J. Peters, virolog dari UTMB.

"Tetapi, saya bisa memperkirakan bahwa 5 persen manusia bisa menyebarkan virus itu setelah menginkubasinya selama lebih dari tiga pekan," kata Peters, yang upayanya memerangi wabah Ebola pada sekumpulan monyet di Virginia dibedah dalam buku karya Richard Preston tahun 1994, "The Hot Zone."

Para pejabat kesehatan menekankan pentingnya memperhatikan suhu tubuh mereka yang terpapar Ebola, karena orang tak akan tertular sampai orang itu menderita demam sampai suhu setinggi 38 derajat Celcius.

Namun pada suku pasien yang mana virus mulai tumpah tidaklah diketahui pasti, kata Dr. Michael Hodgson, kepala dinas kesehatan pada Badan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja.

Misteri-misteri lingkungan juga masih belum tersingkap.

Para ilmuwan tidak tahu apakah busa, gas atau dekontaminan-dekontaminan cair menjadi anasir paling efektif dalam membersihkan permukaan yang menjadi tempat berlabuh virus Ebola.

Para peneliti juga tidak tahu apakah virus itu bisa bertahan di got-got di mana tikus mungkin mengidapnya, kata Paul Lemieux dari Pusat Riset Keamanan Dalam Negeri Nasionalo pada Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) seperti dikutip Reuters.







Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014