Ankara (ANTARA) - Melonjaknya harga menu di kafe dan restoran dalam lanskap ekonomi Turki, yang dilanda inflasi, membuat konsumen enggan untuk makan di luar karena hal tersebut menjadi sebuah kemewahan bagi sebagian besar orang.

"Saya tidak mampu membeli makan siang setiap hari, harga di kafe dan restoran meroket," kata Yazgi Seckin, seorang mahasiswa, di depan sebuah kafe yang terletak di Distrik Kizilay.

Kizilay, yang dipenuhi dengan banyak kafe dan restoran, merupakan sebuah lingkungan ramah kantong yang khususnya melayani pelajar, meskipun konsumen masih mengeluhkan harga yang mahal.

Biaya rata-rata makan siang di kafe, restoran, atau toko kebab adalah sekitar 400 lira Turki (sekitar Rp198 ribu) per orang, sedangkan santapan mewah bisa berharga lebih dari tiga kali lipat harga tersebut.
 
   Inflasi yang tidak terkendali berdampak buruk pada kelompok berpendapatan rendah dan menengah di Turki, menyebabkan penurunan daya beli mereka dalam beberapa tahun terakhir.  Baru-baru ini, ribuan orang menyerukan boikot terhadap sejumlah restoran dan kafe, menuding pemilik bisnis menetapkan harga yang terlalu mahal untuk menu mereka dan menawarkan porsi lebih kecil.


Inflasi tahunan saat ini berada di angka 68,5 persen dan diperkirakan akan akan terus naik hingga Juni sebelum turun pada paruh kedua tahun ini, menurut program disinflasi pemerintah yang diluncurkan tahun lalu.

Seiring dengan inflasi yang masih cukup tinggi terlepas dari langkah-langkah yang diambil pemerintah, para konsumen yang sensitif terhadap harga menolak kenaikan harga dan memilih mengurangi makan di luar.
 
   Baru-baru ini, ribuan orang menyerukan boikot terhadap sejumlah restoran dan kafe, menuding pemilik bisnis menetapkan harga yang terlalu mahal untuk menu mereka dan menawarkan porsi lebih kecil


Para pemilik kafe dan restoran mengatakan mereka tidak bertanggung jawab atas tingginya biaya input saat ini, dan menyatakan bahwa mereka juga merasakan dampak krisis biaya hidup.

Ramazan Bingol, ketua asosiasi restoran terbesar di Turki, Tures, pekan lalu mengatakan di X bahwa "masyarakat berhak menuntut harga yang terjangkau, dan kami akan mendiskusikan masalah ini dengan otoritas terkait."

Pada akhir pekan lalu, pemerintah Turki mengeluarkan pemberitahuan kepada restoran dan kafe yang isinya memperingatkan terkait penggelapan pajak.

Peringatan itu merupakan sebuah langkah yang bertujuan untuk "mencegah eksploitasi" terhadap klien, kata Menteri Keuangan dan Perbendaharaan Turkiye Mehmet Simsek di akun X-nya pada Sabtu (27/4).

Bagi salah seorang pemilik restoran, biaya harga makanan, sewa, dan tenaga kerja menjadi faktor yang mendorong kenaikan harga.

Inflasi tahunan untuk pangan dan kebutuhan sehari-hari berada di kisaran 70 persen, menurut data resmi terbaru yang dirilis pada awal April.

"Harga naik terutama karena pedagang grosir. Mereka membeli dengan harga murah dari produsen, tetapi menaikkan harga saat mereka menjualnya ke lini bisnis seperti milik saya, sehingga menyebabkan harga menjadi lebih tinggi," tutur Dincer Karadogu.

Karadogu adalah pemilik sebuah kafe besar di Kizilay.

Karadogu mengatakan kepada Xinhua bahwa dirinya harus mengurangi jumlah karyawan yang bekerja di tokonya karena ada kenaikan gaji untuk setiap karyawannya.

Dia juga mengeluhkan lonjakan harga energi dan pajak terhadap usaha kecil dan menengah.

"Ini adalah perjuangan yang berat bagi industri. Inflasi telah memengaruhi dan mengganggu seluruh rantai pasokan," keluh Karadogu. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024