Yang paling penting menurut saya adalah kini sudah perlu bank membentuk ad hoc unit temporary semacam banking crisis center.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) Sunarso menyatakan bahwa pelaku industri perbankan perlu membentuk suatu unit ad hoc untuk mengantisipasi dampak krisis perekonomian dan geopolitik global maupun gejolak pasar domestik.

“Yang paling penting menurut saya adalah kini sudah perlu bank membentuk ad hoc unit temporary semacam banking crisis center,” ujar Sunarso di Jakarta, Kamis.

Ia menuturkan bahwa unit ad hoc tersebut bertugas untuk menyediakan data bagi manajemen bank sebagai bahan analisa pembuatan respons kebijakan melalui simulasi atau stress test harian.

Baca juga: Dirut BRI sebut penting menjaga likuiditas usai suku bunga BI naik


Menurutnya, saat terjadi krisis, stress test tidak dapat lagi dilakukan secara bulanan maupun mingguan, melainkan perlu setiap hari. Bahkan dalam situasi yang sangat mendesak, evaluasi tersebut berpotensi dibutuhkan setiap beberapa jam sekali.

Sunarso menilai bahwa upaya tersebut penting untuk memonitor berbagai masalah yang mungkin terjadi di pasar, mengingat kondisi pasar akan sangat bergejolak jika krisis semakin memburuk.

Ia menyatakan bahwa bentuk stress test yang dijalankan berkaitan dengan tingkat ekspansi penyaluran kredit, penghimpunan likuiditas, serta penyiapan cadangan pembiayaan. Tes tersebut juga dapat diimplementasikan untuk mengevaluasi kebijakan perseroan dan mengukur risiko kredit perbankan.

“Dalam merespon semua tantangan, baik global maupun domestik, kekuatannya terletak pada kemampuan untuk melakukan simulasi dan stress test. Dari hasil simulasi dan stress test itulah kami tetapkan strategi kebijakan yang tepat,” katanya.

Baca juga: BI: Suku bunga perbankan tetap rendah didukung likuiditas yang memadai

Direktur utama BRI tersebut pun menyampaikan bahwa pihaknya telah melaksanakan berbagai stress test untuk merespons dinamika global yang terjadi tahun ini.

Ia mengatakan bahwa pada semester I 2024, pertumbuhan perbankan diproyeksikan moderat dengan tingkat risiko yang tinggi.

Merespons hal tersebut, pihaknya pun memutuskan untuk melakukan ekspansi kredit secara moderat dengan pedoman portofolio kredit (loan portfolio guideline/LPG) yang diperketat dan mencari pendanaan dengan tenor jangka panjang.

“Kemudian kami juga mengawasi pinjaman bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) secara cepat, simulasi dan stress test harus kami lakukan secara kontinu, serta menjaga rasio cakupan (coverage ratio) di level tinggi,” ucap Sunarso.
 

Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024