Kami masih menyayangkan kenapa jumlah kasus hingga kematian akibat demam berdarah masih ada pada tahun ini. Padahal dengan langkah tertentu seharusnya lebih bisa diantisipasi,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Daerah Istimewa yogyakarta mengimbau masyarakat agar lebih peka terhadap gejala demam berdarah dengue (DBD).

"Kami masih menyayangkan kenapa jumlah kasus hingga kematian akibat demam berdarah masih ada pada tahun ini. Padahal dengan langkah tertentu seharusnya lebih bisa diantisipasi," kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Akhmad Akhadi di Yogyakarta, Selasa.

Meskipun pada Februari 2013 cenderung mengalami penurunan jumlah kasus demam berdarah, katanya, justru terdapat kasus kematian akibat demam berdarah sebanyak empat orang, yakni dua orang dari Kabupaten Sleman dan dua lainnya dari Kabupaten Bantul.

"Kami masih menunggu hasil audit kenapa sampai terjadi kematian meskipun kematian terdorong dari multifaktor namun kami ingin tahu sejauh mana upaya tanggap yang sudah dilakukan baik pihak keluarga maupun rumah sakit," katanya.

Seharusnya, katanya, dengan dilakukan pendeteksian melalui "rapid diagnostic test" (RDT) akan dapat diketahui dengan cepat apakah pasien terjangkit DBD atau tidak.

"Seharusnya dapat dilakukan langkah-langkah yang cepat sehingga dapat menghambat atau menghentikan kebocoran plasma menjadi lebih parah," katanya.

Apabila penanganan korban pasien terjangkit DBD dapat dilakukan dengan cepat, setelah dideteksi dengan RDT tersebut, potensi kematian akibat DBD seharusnya bisa diminimalisasi.

"Kami akan mengkaji lebih jauh apakah ini karena keterlambatan dalam merujuk oleh pihak klinik atau rumah sakit-rumah sakit kecil sehingga ketika sampai di rumah sakit rujukan, pasien sudah dalam keadaan "syndrome shock dengue" atau kondisi terparah penderita demam berdarah,"katanya.

Namun demikian, kata dia, hal mendasar yang harus diperhatikan masyarakat adalah tanggap terhadap gejala-gejala demam berdarah sehingga dapat dilakukan langkah antisipatif dengan cepat.

"Intinya jangan biasakan menunda, kalau terjadi tubuh panas antara bulan Agustus hingga Maret bisa dicurigai sebagai gejala demam berdarah dan langsung lakukan pemeriksaan," katanya.

(KR-LQH/M029)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013