Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Eksekutif Pengembangan dan Operasi Perbankan Digital Kaspar Situmorang mengatakan, Bank Rakyat Indonesia (BRI) telah lama melakukan adaptasi terhadap digitalisasi keuangan melalui agen BRILink.

Menurutnya, bank konvensional saat ini juga perlu untuk melakukan digitalisasi terhadap sistem transaksinya mengikuti perkembangan perusahaan-perusahaan teknologi finansial lainnya (Fintech).

“Kami meluncurkan agen BRILink, karena kami ingin mempercepat penetrasi QRIS BI ke seluruh pelosok pedesaan, di sekitar 70 ribu desa di Indonesia,” kata Kaspar Situmorang dalam acara "Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia 2023" di Jakarta, Selasa.

Kaspar menjelaskan, BRI telah lama menyadari bahwa masih banyak terdapat masyarakat Indonesia yang belum tersentuh akses perbankan, khususnya di wilayah pelosok Indonesia.

Sebelum adanya BRILink, Ia memperkirakan terdapat sekitar 70 ribu desa yang masih belum tersentuh akses finansial perbankan. Oleh karena itu, BRI melakukan riset serta mengembangkan Agen BRILink untuk mampu melayani penduduk di seluruh wilayah Indonesia.

“Kami mengetahui bahwa ada banyak underbank dan unbanked di Indonesia, beberapa infrastruktur di pedesaan misalnya, lebih dari 70 ribu pedesaan Indonesia tidak tersentuh bank. Kami belajar dari perusahaan teknologi bagaimana membuat customer terobsesi dengan produk kita, jadi kami lakukan penelitian besar-besaran,” jelas Kaspar.

Dengan upaya tersebut, Kaspar berharap implementasi ASEAN Payment Connectivity (APC) di Indonesia akan lebih menyeluruh.

Adapun per Maret 2023, jumlah agen BRILink telah melebihi 650 ribu agen dengan nilai transaksi mencapai Rp325,65 triliun.

Baca juga: BRI targetkan agen BRILink capai 615 ribu pada 2023
Baca juga: BRI: 597.177 Agen BRILink catat volume transaksi Rp963 triliun
Baca juga: Transaksi AgenBRILink capai Rp855 triliun hingga Agustus


Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023