Vaksinasi sekali atau dua kali lebih baik daripada tidak divaksinasi sama sekali
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Amin Soebandrio mengatakan vaksinasi COVID-19 dosis penguat atau booster tetap dibutuhkan di tengah situasi pelandaian kasus di berbagai daerah.

"Prinsipnya, kami ingin pertahankan level antibodi seoptimal mungkin di semua penduduk, saat ini sebagian besar sudah memiliki kekebalan," kata Amin Soebandrio yang dikonfirmasi melalui sambungan telepon di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan hasil survei serologi untuk mengukur antibodi masyarakat terhadap risiko infeksi COVID-19 melaporkan 90 persen populasi di Indonesia telah memiliki kekebalan yang diperoleh melalui program vaksinasi serta kekebalan alami setelah terpapar Virus Corona.

Namun Amin mengingatkan masyarakat bahwa berdasarkan hasil analisa peneliti, kekebalan tubuh yang dimiliki dapat menurun dalam kurun beberapa bulan berikutnya. Kementerian Kesehatan RI memprediksi, kekebalan tubuh masyarakat saat ini diperkirakan menurun pada awal 2023.

Baca juga: Pemprov DKI percepat vaksinasi lanjutan untuk tekan zona merah COVID

Baca juga: Epidemiolog: Vaksinasi booster kedua nakes putus mata rantai penularan


"Sebaiknya tetap butuh booster, tetapi diseimbangkan dengan ketersediaan vaksinnya," katanya.

Mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman itu mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengarahkan tentang pentingnya vaksinasi.

"WHO menyatakan bahwa vaksinasi sekali atau dua kali lebih baik daripada tidak divaksinasi sama sekali," katanya.

Amin mendorong masyarakat untuk segera mengakses layanan vaksinasi sesuai jadwal yang mereka terima serta tidak memilih merek vaksin.

"Sedapat mungkin semua orang dapat vaksinasi, sehingga dikejar vaksin yang dosis pertama minimal mendekati cakupan 100 persen," katanya.

Dilansir dari Dashboard Vaksinasi COVID-19 Kemenkes RI per Kamis (6/10), total penerima vaksinasi dosis 1 mencapai 204,67 juta orang (87,22 persen), dosis 2 mencapai 171,29 juta orang (73 persen), dosis 3 mencapai 63,95 juta orang (27,26 persen) dari total seluruh sasaran 234,66 juta orang.

Sementara dosis 4 untuk kalangan tenaga kesehatan 634.544 orang (43,20 persen) dari total sasaran sekitar 4 juta orang.

Berdasarkan analisa Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemenkes RI terhadap laju kasus COVID-19 dalam dua pekan terakhir mengalami penurunan konsisten dari 2.298 menjadi 1.692 kasus.

Mayoritas kabupaten/kota di Indonesia mengalami pelandaian kasus atau berada di PPKM Level 1, tetapi masih ada lima provinsi dengan peningkatan kasus tertinggi secara nasional, di antaranya Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, dan Kepulauan Bangka Belitung.

Baca juga: Menkes: Transisi pandemi menuju endemi harus penuhi tiga syarat

Baca juga: Dokter: Vaksinasi booster dapat mencegah risiko gejala berat

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022