Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengungkapkan perlunya manajemen pengetahuan (knowledge management) untuk membentuk resiliensi terhadap bencana.

Dalam webinar Gempa Bumi Banten M6,6 yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat, Raditya mengatakan bencana gempa yang berulang di Selat Sunda telah banyak dijadikan obyek periset, sehingga memerlukan suatu manajemen pengetahuan yang perlu dibangun bersama.

Terutama para ilmuwan belakangan ini banyak berfokus pada celah seismik (seismic gap) yang aktif secara tektonik, namun sangat jarang mengalami gempa bumi dalam jangka waktu yang lama atau Megathrust Selat Sunda.

"Selama ini sudah banyak sekali penelitian yang terkait dengan Selat Sunda, apalagi para ahli sudah banyak berbicara. Namun, bagaimana kita bisa menjadikan suatu ilmu, khususnya terkait dengan kebencanaan untuk menjadi manajemen pengetahuan atau menjadi pembelajaran," ujar Raditya.

Baca juga: Regangan tektonik Selat Sunda dapat tingkatkan potensi erupsi Krakatau

Baca juga: Peneliti BRIN: Potensi gempa bumi megathrust Selat Sunda capai M 8,7


Hal tersebut, dinilainya, menjadi cukup strategis untuk dibangun bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) seperti manajemen pengetahuan berbasis kejadian, per lokasi, waktu dan sebagainya.

Sebab, dampak gempa dan tsunami yang terjadi di Selat Sunda telah mengakibatkan kerugian secara sosial, ekonomi, dan berdampak pada terganggunya kehidupan.

Sehingga perlu pemahaman masyarakat dalam kesadaran secara kolektif tentang membangun resiliensi infrastruktur khususnya di wilayah yang memiliki potensi risiko gempa bumi, dan bagaimana pemahaman masyarakat dalam kesadaran secara kolektif untuk sadar bencana.

"Sekali lagi, kalau menurut para ahli gempa bumi, tidak menimbulkan korban jiwa kalau tidak tertimpa pada saat kejadian atau soal infrastruktur, untuk menjadi PR (pekerjaan rumah, red) kita bersama bagaimana membangun resiliensi infrastruktur khususnya di wilayah memiliki potensi risiko gempa bumi," ujar dia.*

Baca juga: 1.543 rumah di Pandeglang rusak akibat gempa

Baca juga: Megathrust Selat Sunda zona seismik gap yang patut diwaspadai

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022