Bogor (ANTARA News) - Ketua Badan Amil Zakat Nasional Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin mengimbau alim ulama untuk memberikan pemahaman Islam yang komprehensif kepada masyarakat menyusul maraknya kasus NII dan terorisme yang dikaitkan dengan Islam.

"Ini adalah tugas dari alim ulama untuk membangun Islam lebih baik dengan memberikan pemahaman Islam yang lebih komfrehensif," kata Didin saat ditemui dalam acara peresmian Pesantren Hilal Bogor, di Perumahan Budi Agung, Kota Bogor, Jabar, Minggu.

Didin mengatakan, ada dua faktor yang menyebabkan kasus teroris dan Negara Islam Indonesia (NII) diidentikan dengan Islam.

Faktor pertama adalah faktor internal, di mana umat muslim sendiri memiliki pemahaman yang pendek, tidak utuh terhadap ajaran agama.

"Dalam Islam memang ada ayat-ayat yang mengajak untuk berperang tapi mereka memahami ayat tersebut secara parsial sehingga salah mengartikan dan mengaplikasikannya," kata Guru Besar IPB itu.

Selanjutnya, kata Didin, faktor ke dua adalah faktor eksternal yang berasal dari luar Islam.

Didin melihat ada unsur rekayasa atau kesengajaan untuk membuat citra Islam buruk.

"Sebenarnya NII itu sudah lama, tapi kenapa tidak ditemukan. Ini sebuah keanehan. Kok intelijen kita rela membiarkan orang-orang atas nama Islam melakukan pemboman, melakukan hal-hal macam-macam, kemudian dibiarkan, ini kan aneh," katanya.

Didin menyebutkan, dirinya juga heran kenapa pemerintah melakukan pembiaran NII yang sudah telalu lama sehingga berkembang secara liar.

Dua faktor tersebutlah yang membuat Islam berada dalam posisi saat ini, satu sisi umat kurang komprehensif memahami agama, dan satu sisi faktor eksternal yang sengaja merusak citra Islam.

"Semua itu tidak benar, umat muslim tidak mungkin melakukan cuci otak, itu tidak ada. Orang-orang Islam yang baik itu tidak mungkin akan melakukan hal tersebut. Saya mengharapkan ini harus sesegera mungkin dituntaskan," kata Didin.

Menurut Didin, umat Islam yang terlibat dalam peristiwa tersebut hanya dimanfaatkan saja mengataskan nama Islam.

"Islam tidak mungkin melakukan pengeboman dalam mesjid saat orang sedang sholat, apapun itu susah dipahami orang Islam melakukan hal itu di masjid," katanya.

Didin menyebutkan, kata jihad jangan dikonotasikan dengan kekerasan. Hendaknya jika umat muslim ingin berjihad harus memperbaiki dahulu akhlaknya, kata dia.

"Bagaimana mau jihad, sementara akhlak belum diperbaiki, yang harus dibangun pertama itu adalah akhlahk, karakter itu yang harus dilakukan besama-sama. memperbaiki diri, tidak mencari musuh. Dan jihad tidak harus berhadapan dengan musuh. kita membangun kekuatan diri kita itu juga jihad," kata Didin.

Didin menyebutkan ada tiga hal yang harus dilakukan umat muslim agar terlepas dari situasi tersebut.

Tiga hal tersebut yakni, bagaimana melakukan ekonomi yang kuat, sehingga perekonomia dikendalikan orang Islam.

"Kebanyakan orang-orang kaya memiliki `power`, punya kekuatan. Dengan begitu mereka bisa mengendalikan dunia," katanya.

Yang kedua yakni bagaimana membiasakan umat Islam menjadi umat pemberi jangan menjadi umat peminta. Jika umat Islam menjadi umat pemberi maka akan punya harga diri dan kekuatan.

"Yang ketiga adalah membiasakan sholat berjemaah, jika ini dijadikan kebutuhan saya yakin umat Islam terbangun dengan baik," kata Didin.(*)
(T.KR-LR/Y006)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011