New York (ANTARA) - Bursa saham Wall Street turun lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah reli pagi memudar karena kecemasan investor tentang varian virus corona terbaru melonjak dengan konfirmasi kasus pertama AS, sementara pasar juga mencerna komentar Fed tentang inflasi.

Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 461,68 poin atau 1,34 persen, menjadi 34.022,04 poin. Indeks S&P 500 merosot 53,96 poin atau 1,18 persen, menjadi berakhir di 4.513,04 poin. Indeks Komposit Nasdaq terpangkas 283,64 poin atau 1,83 persen, menjadi ditutup di 15.254,05 poin.

Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor jasa-jasa komunikasi dan consumer discretionary masing-masing kehilangan 1,98 persen dan 1,86 persen, memimpin penurunan. Sedangkan sektor utilitas menguat 0,16 persen, merupakan satu-satunya sektor yang maju.

Setelah meningkat 1,9 persen pada pagi hari, indeks S&P 500 melepaskan semua kenaikannya di sore hari bersama dengan indeks Dow dan Nasdaq, yang turun paling banyak pada hari itu. Ketiga indeks menembus level teknikal utama selama sesi.

Dow ditutup di bawah rata-rata pergerakan 200 hari untuk pertama kalinya sejak 13 Juli 2020, sementara S&P berakhir di bawah rata-rata pergerakan 50 hari untuk pertama kalinya sejak 13 Oktober dan Nasdaq mengakhiri sesi di bawah rata-rata pergerakan 50 hari untuk pertama kali sejak 14 Oktober.

Pada sore hari, Pusat Pengendalian Penyakit AS mengatakan negara itu telah mendeteksi kasus pertama varian Omicron, yang telah menginfeksi seseorang yang berasal dari Afrika Selatan, tempat varian itu awalnya ditemukan.

Sebelumnya pada Rabu (1/12/2021), Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pembuat kebijakan harus siap untuk menanggapi kemungkinan inflasi tidak akan surut pada paruh kedua tahun depan seperti yang diharapkan.

Wall Street telah jatuh pada Selasa (30/11/2021) setelah Powell mengejutkan pasar dengan memberi sinyal bahwa bank sentral akan mempertimbangkan untuk mempercepat penarikan program pembelian obligasi pada pertemuan Desember di tengah lonjakan inflasi.

"Pasar bergulat dengan kekhawatiran kembar dari varian Omicron, yang mungkin atau mungkin tidak dapat menghindari vaksin, dan Powell yang lebih hawkish dari yang diperkirakan," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi di Independent Advisor Alliance di Charlotte, North Carolina.

Wall Street telah jatuh tajam pada Jumat (26/11/2021) ketika investor pertama kali mendengar tentang varian Omicron dengan pejabat kesehatan mengatakan mereka tidak yakin seberapa menular atau berbahaya varian tersebut dan seberapa banyak perlindungan yang diberikan oleh vaksin yang ada.

Pada Senin (29/11/2021), pasar rebound tajam karena investor mencari saham-saham murah setelah aksi jual, hanya untuk jatuh lagi pada Selasa (30/11/2021) menyusul komentar Powell.

"Kami mencoba untuk membeli saat penurunan lagi (pada Rabu) tetapi berita bahwa Omicron ada di sini telah membuat sebagian orang tak yakin akan bullish," kata Zaccarelli.

Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan mereka memperkirakan lebih banyak informasi tentang penularan varian Omicron dalam beberapa hari, dan bahwa badan tersebut yakin vaksin COVID-19 yang ada akan bekerja melawan varian tersebut.

Lauren Goodwin, ekonom dan ahli strategi portofolio di New York Life Investments, mengatakan tidak mengejutkan melihat volatilitas karena investor mencerna ketidakpastian termasuk kurangnya informasi tentang Omicron dan sinyal terbaru dari The Fed.

Namun Goodwin juga menunjuk pada data ekonomi positif Rabu (1/12/2021), yang "mengingatkan investor bahwa latar belakang ekonomi dan perusahaan untuk pasar ini sangat kuat."

Aktivitas manufaktur AS meningkat pada November di tengah permintaan barang-barang yang kuat.

Baca juga: Wall Street anjlok dipicu kekhawatiran akselerasi tapering dan Omicron
Baca juga: Wall Street "rebound" setelah aksi jual, Nasdaq melonjak 1,88 persen
Baca juga: Wall Street berakhir turun tajam, varian virus baru menakuti investor

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021