Jakarta (ANTARA) -
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi menyampaikan infeksi baru HIV tahun 2020 lebih rendah 47 persen dibandingkan dengan 2010.

"Infeksi baru HIV tahun 2020 itu 47 persen lebih rendah dibandingkan 2010. Kita harapkan dapat mempertahankan penurunan ini," ujarnya dalam webinar Hari AIDS Sedunia 2021 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Ia berharap, dampak pandemi COVID-19 tidak meluas sehingga dapat menekan kesakitan ataupun infeksi baru HIV, bahkan kematian akibat HIV.

Pada 2020, ia mengemukakan, diperkirakan terdapat 543.100 orang di Indonesia hidup dengan HIV. Sebanyak 30.100 orang dengan HIV di antaranya diperkirakan meninggal, di mana 10.103 kasus kematiannya dilaporkan.

Baca juga: Pencegahan HIV/AIDS di tempat kerja jadi tantangan berat negara ASEAN

Ia menambahkan 149.883 orang yang tersebar di 502 kabupaten kota telah mengakses pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk HIV.

"Upaya kita untuk memutuskan rantai penularan HIV harus lebih dipercepat. Banyak hal yang harus kita lakukan seperti belajar dari negara Thailand yang secara cepat bisa menurunkan insiden HIV-nya," ujarnya.

Pada 2030, Nadia menyampaikan, Indonesia menargetkan tidak ada lagi infeksi baru HIV, tidak ada kematian akibat AIDS, dan tidak ada diskriminasi pada ODHA.
 
Ia memaparkan kondisi itu dapat dicapai jika 95 persen ODHA mengetahui status HIV-nya, 95 persen ODHA dalam pengobatan ARV, dan 95 persen ODHA viral load-nya tersupresi.

"Meski di tengah pandemi COVID-19 ini tentunya upaya penangan HIV harus tetap kita kuatkan dan perhatikan karena ini sudah kita ketahui bersama," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Nadia menjelaskan, HIV merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
 
"Sementara AIDS merupakan suatu kondisi di mana kalau kita sakit HIV dan kemudian bertambah berat tingkat keparahannya maka kita akan sampai pada kondisi yang kita sebut sebagai AIDS atau Acquired Immune Deficiency SSyndrome. Jadi ada kumpulan-kumpulan gejala dan tanda yang merupakan tanda fisik atau terjadinya infeksi oportunis. Jadi virus itu memanfaatkan kondisi tubuh kita yang lemah yang kemudian menimbulkan penyakit-penyakitnya," paparnya.

Nadia mengingatkan hal ini tentunya menjadi kewaspadaan bagi seluruh masyarakat. Apalagi, saat tertular virus HIV seringkali tidak langsung dapat dideteksi.

"Walaupun virus itu sudah menginfeksi kita, tetapi ada yang namanya 'window periode'. Di mana pada saat kita sudah terinfeksi virus HIV, pemeriksaan laboratorium itu masih negatif, dan itu cukup lama bisa lebih dari tiga minggu, kurang dari dari bulan, bahkan sampai dengan tiga bulan," paparnya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021