LSC memiliki Sumber Daya Alam perikanan dan cadangan migas sebanyak 160 triliun kaki kubik gas dan 12 miliar barel minyak yang sangat penting untuk mendukung ketahanan pangan dan energi Tiongkok,
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) Imam Prakoso mengatakan Tiongkok memiliki kepentingan strategis terhadap Laut China Selatan (LCS) atau Laut Natuna Utara.

Berdasarkan beberapa sumber yang diperoleh, kata Imam, kepentingan strategis tersebut antara lain adalah LCS memegang peranan penting sebagai jalur perdagangan Tiongkok dan pelaksanaan Maritime Silk Road dalam Belt Road Initiative (Program utama ekonomi terintegrasi Tiongkok).

“Selanjutnya, LSC memiliki Sumber Daya Alam (SDA) perikanan dan cadangan migas sebanyak 160 triliun kaki kubik gas dan 12 miliar barel minyak yang sangat penting untuk mendukung ketahanan pangan dan energi Tiongkok,” ungkapnya dalam Press Briefing IOJI secara virtual, Jakarta, Jumat.
Baca juga: Anggota DPR: Indonesia harus lebih keras pertahankan ZEE di Natuna

Pada Mei 2021, IOJI disebut mendeteksi keberadaan kapal ikan Tiongkok yang dikawal kapal China Coast Guard (CCG).

Namun, dikatakan intrusi kapal tersebut berada di wilayah Zona Ekonomi Eksekutif (ZEE) yang overlap antara Indonesia dengan Vietnam.

“Jadi, kapal ikan Tiongkok tidak masuk jauh sampai bawah batas landas kontinen (Indonesia),” ujar dia.
Baca juga: Pemerintah diminta dorong nelayan eksploitasi ZEE Natuna Utara

Kemudian, lanjutnya, beberapa sumber menyebutkan Tiongkok akan memulai eksploitasi cadangan migas di LCS dalam waktu dekat.

Selain itu, secara militer LCS dianggap dapat dijadikan buffer zone (zona penyangga) apabila Amerika Serikat dan sekutu melakukan serangan di daratan Tiongkok.

Buffer zone itu menahan serangan secara militer supaya tidak langsung menyasar ke daratan Tiongkok,” ungkap Imam.

Dampaknya, utaranya, jika terjadi pertempuran di zona penyangga maka akan sangat merugikan negara-negara yang memiliki wilayah ZEE, termasuk Indonesia di Laut Natuna Utara, sehingga akan mengganggu aktivitas ekonomi dan keamanan Indonesia.

 

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2021