Jakarta (ANTARA) - Penelitian yang dilakukan Edhie Baskoro Yudhoyono untuk sidang promosi program Doktor Program Studi Manajemen dan Bisnis Sekolah Bisnis IPB University menemukan peningkatan investasi memberikan dampak yang paling kuat dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan pariwisata di Labuan Bajo.

"Strategi pembiayaan dan investasi diutamakan dari inisiatif pemerintah yang diharapkan dapat mendorong mekanisme pembiayaan lainnya melalui kombinasi dari swasta, KPBU (kerjasama pemerintah dan badan usaha), perbankan, dan lembaga keuangan non-bank," ujar pria yang akrab dipanggil Ibas itu, menurut keterangan resmi IPB University yang diterima di Jakarta, Senin.

Dia menjelaskan bahwa strategi pembiayaan dan investasi perlu disusun dengan melibatkan pendapat para pakar dan pemangku kebijakan di tingkat nasional

Sebelumnya, Ibas melakukan penelitian "Strategi Pembiayaan dan Investasi untuk Pengembangan Pariwisata Terpadu yang Berkelanjutan dan Inklusif" dengan studi kasus pariwisata di Labuan Bajo.

Baca juga: Ibas terima cumlaude saat sidang doktor, bahas isu investasi wisata

Baca juga: DPR ingin sektor perpajakan lebih inovatif genjot pendapatan


Dia memilih Labuan Bajo karena Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi pariwisata super prioritas dan dikategorikan sebagai wisata super premium. Oleh karena itu, dalam memaksimalkan potensinya, tentu harus diimbangi dengan kebijakan pembiayaan dan investasi yang tepat.

Penelitian yang dilakukannya bertujuan mengidentifikasi jenis-jenis usaha dan memetakan kendala yang dihadapinya, menganalisis kinerja keuangan para pelaku usaha dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pelaku usaha.

Tujuan lain adalah menganalisis estimasi dampak pariwisata terhadap perekonomian dan kesejahteraan serta merumuskan strategi pembiayaan dan investasi yang sesuai untuk pariwisata terpadu yang berkelanjutan dan inklusif di Kawasan Pariwisata Labuan Bajo.

"Dari penelitian yang saya lakukan, mayoritas pelaku usaha berskala mikro, bergerak di bidang penyedia makanan dan minuman, serta berbentuk usaha perorangan," kata Ibas.

Pelaku usaha memiliki kinerja keuangan yang cukup baik, namun belum efisien dalam pengelolaan aset lancar.

Dia menjelaskan terdapat 13 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pelaku usaha. Variabel-variabel tersebut adalah tingkat pendidikan, bentuk usaha, jenis usaha, skala usaha, lokasi usaha, jarak tempat tinggal ke lokasi usaha, jumlah karyawan, besaran modal awal, sumber pemodalan, akses finansial, adopsi teknologi, keikutsertaan organisasi dan kemitraan usaha.

Sementara, dari sisi infrastruktur dan teknologi, perlu diupayakan pengelolaan big data, pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum, pengembangan teknologi serta aplikasi pendukung pariwisata.

"Diperlukan peningkatan anggaran pemerintah, investasi swasta, serta penguatan peran lembaga keuangan bank dan non-bank," ujarnya.

Dari penelitian tersebut, Ibas telah berhasil mempublikasikan empat artikel di dalam jurnal ilmiah salah satunya adalah jurnal yang terindeks scopus.

Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga turut mengapresiasi capaian Ibas dalam meraih gelar doktor. SBY mengatakan dengan memperhatikan penelitian itu maka pembangunan perekonomian harus dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan dan juga keadilan sosial masyarakat setempat.

Dia juga mengapresiasi peran IPB University dan mendorong peran yang semakin besar untuk mencapai ketahanan pangan.

"IPB University harus terus menjaga reputasinya sebagai perguruan tinggi unggul. Bagaimanapun, IPB University harus berada pada barisan paling depan dalam pembangunan food security dan semua hal tentang pangan," ujar SBY.

Baca juga: Ibas: Penggalakan investasi jangan lupa kelestarian lingkungan

Baca juga: Ibas komitmen majukan pelaku UMKM hadapi pemulihan ekonomi nasional

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021