Adanya masyarakat yang menolak vaksinasi COVID-19, salah satunya karena adanya kasus sudah mengikuti vaksinasi tetapi masih tetap terpapar sehingga perlu ada pola edukasi yang benar terhadap masyarakat
Kudus, Jateng (ANTARA) - Banyak pihak memprediksikan bahwa kasus COVID-19 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, bakal mengalami lonjakan usai libur Lebaran  2021 karena larangan mudik tak juga diindahkan oleh sebagian kalangan, termasuk kepatuhan terhadap protokol kesehatan COVID-19 juga masih ada yang tak mengindahkan.

Belum lagi tradisi setelah Lebaran biasanya ada tradisi "lomban kupatan", baik di darat maupun di laut, yang dipastikan menimbulkan kerumunan. Masyarakat Kudus yang sudah setahun mengalami berbagai pembatasan demi menghindari penularan penyakit corona jenis baru penyebab COVID-19, dimungkinkan ada yang nekat mencari hiburan saat lomban kupatan tersebut.

"Kami berharap tim Satgas COVID-19 melakukan langkah-langkah antisipasi agar setelah Lebaran tahun ini tidak mengulang kasus Lebaran sebelumnya mengalami lonjakan kasus," kata anggota Komisi D DPRD Kudus Sutriyono.

Ia berharap Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus sebagai mitra Komisi D DPRD Kudus yang juga masuk dalam jajaran tim Satgas COVID-19 untuk bergerak cepat melakukan langkah-langkah strategis karena perannya sangat vital dalam menekan penyebaran COVID-19.

Apalagi, kata dia, masyarakat dinilai mulai terlena dengan penurunan angka kasus COVID-19 di Kabupaten Kudus sehingga mulai kendur dalam mematuhi protokol kesehatan.

Keberadaan Dinkes Kudus beserta jajarannya yang bertugas di sejumlah puskesmas yang tersebar di sembilan kecamatan diharapkan bekerja ekstra memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak).

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, Badai Ismoyo mengakui jajarannya sudah mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terjadinya lonjakan kasus penyebaran COVID-19 setelah Lebaran. Di antaranya, mempersiapkan alat tes cepat antigen yang saat ini tersedia hingga 3.650 alat yang bisa digunakan untuk penelusuran kontak terhadap pasien penderita COVID-19.

Menurut dia langkah paling efektif dalam mencegah penularan COVID-19 adalah kepatuhan terhadap protokol kesehatan, mulai dari memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak aman dengan orang lain.

Jika kedisiplinan mulai kendur, maka perlu ada penegakan disiplin dengan melibatkan Satpol PP dan aparat keamanan agar masyarakat tetap patuh terhadap protokol kesehatan.

Kalaupun ada warga yang terindikasi memiliki gejala menyerupai COVID-19, maka perlu ada pelaporan dari tim satgas di bawah, seperti Satgas Jogo Tonggo atau yang dibentuk oleh pemerintah desa maupun tim Satgas COVID-19 yang ditugaskan di masyarakat dengan pelibatan bidan desa, Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) serta Bintara Pembina Desa (Babinsa).

Kecepatan dalam pelaporan, kata dia, bisa mencegah kemungkinan terjadinya penularan yang lebih luas karena bisa segera dilakukan tes cepat  antigen.

Lonjakan kasus COVID-19 yang tengah naik saat ini dengan jumlah 61 kasus, bukanlah datang dari pemudik karena dari 1.500-an pemudik yang berhasil didata hanya dua yang dinyatakan positif COVID-19 sehingga tidak ada pengaruh dari pemudik.

Waspada keluarga

Kewaspadaan justru harus diwaspadai dari penularan di lingkungan keluarga ketika ada yang sakit dan dirawat di rumah sakit, anggota keluarga yang lain harus menjaga diri agar tidak sampai tertular.

"Tentunya harus ada langkah kelola orang sakit di rumah sakit dengan kontak eratnya, sehingga bisa dilakukan penelusuran kontak tanpa menyebar ke mana-mana," katanya.

Rumah sakit yang ditunjuk sebagai rujukan penanganan pasien COVID-19 juga akan menambah kapasitas ruang isolasinya ketika terjadi lonjakan pasien COVID-19.

Berdasarkan data per akhir Maret 2021, jumlah tempat tidur di ruang isolasi dari tujuh rumah sakit rujukan tercatat sebanyak 300 tempat tidur. Kemudian akhir April 2021 berkurang menjadi 289 tempat tidur karena terjadi penurunan kasus COVID-19.

Dari 289 tempat tidur yang tersedia saat ini pun belum selurunya terisi karena yang terisi baru 14 persen saja.

Meskipun demikian, Dinkes Kudus berencana melakukan koordinasi dengan rumah sakit rujukan sekaligus melakukan supervisi. Beberapa rumah sakit juga mulai mempersiapkan diri dengan menyiapkan ruang isolasi tambahan untuk antisipasi lonjakan kasus.

Upaya lain meningkatkan imunitas masyarakat di Kabupaten Kudus agar tidak mudah terpapar COVID-19, selain mematuhi protokol kesehatan juga ada upaya lain dengan vaksinasi COVID-19.

"Adanya masyarakat yang menolak vaksinasi COVID-19, salah satunya karena adanya kasus sudah mengikuti vaksinasi tetapi masih tetap terpapar sehingga perlu ada pola edukasi yang benar terhadap masyarakat secara personal maupun kelompok sehingga ada pemahaman yang sama," kata Badai Ismoyo.

Kenyataan di lapangan, banyak pakar yang berbicara sesuai bidang ilmu yang dimiliki terkait penanganan COVID-19 sehingga terkesan membuat masyarakat kebingungan dengan berbagai informasi soal COVID-19.

Untuk itulah, kata dia, Dinkes akan mencari metode yang tepat untuk disampaikan kepada masyarakat agar ada pemahaman yang sama soal COVID-19 serta penanganannya, termasuk vaksinasi agar tidak muncul persepsi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Ketika masyarakat memiliki pemahaman yang sama soal penanganan COVID-19, setidaknya penerapan protokol kesehatan juga bisa terlaksana dengan baik. Termasuk upaya vaksinasi COVID-19 untuk mewujudkan 70 persen herd immunity (kekebalan kelompok).

Pemkab Kudus sendiri hingga kini belum memenuhi target vaksinasi terhadap 127.063 sasaran, meliputi tenaga kesehatan sebanyak 5.502 orang, pelayanan publik sebanyak 52.660 orang dan lansia sebanyak 68.901 orang.

Sementara capaian hingga 17 Mei 2021 baru mencapai 52.469 sasaran atau 41,30 persen dari target sebanyak 127.063 sasaran.

Dari total capaian sebanyak itu, untuk suntikan pertama mencapai 27.957 sasaran atau 22 persen dan suntikan kedua mencapai 24.512 sasaran atau 19,3 persen.

Adapun rinciannya, untuk tenaga kesehatan untuk suntikan pertama mencapai 119,6 persen dan suntikan kedua 119,1 persen, sedangkan pelayan publik untuk suntikan pertama baru terealisasi 23,2 persen dan suntikan kedua 20,3 persen.

Untuk kelompok lansia suntikan pertama terealisasi 13,3 persen dan suntikan kedua terealisasi 10,5 persen.

Dinkes Kudus optimistis capaian vaksinasi COVID-19 di Kabupaten Kudus pada bulan Mei 2021 akan bertambah karena 12.000 guru akan segera menjalani vakasinasi setelah tahap sebelumnya tercatat ada 2.000 guru yang menjalani vaksinasi karena sebelumnya ada uji coba pembelajaran tatap muka.

Sementara menghadapi pembelajaran tatap muka pada tahun ajaran baru sekolah nantinya, 10.000 guru mulai dijadwalkan vaksinasi COVID-19 mulai pekan ini sehingga sebelum akhir Mei 2021 ditargetkan sudah menjalani suntikan pertama.

"Harapannya, begitu mulai tahun ajaran baru sekolah semua guru sudah melakukan vaksinasi COVID-19 sehingga tidak mudah menularkan COVID-19 kepada anak didiknya," ujarnya.

Kepatuhan objek wisata

Upaya lain mencegah kemungkinan terjadinya lonjakan kasus COVID-19, yakni dengan memantau kepatuhan pengelola objek wisata di Kabupaten Kudus terhadap penerapan protokol kesehatan dan surat edaran dari Tim Satgas COVID-19 soal kapasitas pengunjungnya maksimal 30 persen.

Setiap tradisi kupatan, banyak masyarakat yang berkunjung ke sejumlah objek wisata karena biasanya ada kegiatan yang memang digelar khusus untuk menyambut syawalan. Untuk itulah, perlu ada pengawasan hingga puncak pelaksanaan kupatan.

Badai mengakui bersama tim Satgas COVID-19 sudah memantau kepatuhan masing-masing objek wisata terhadap protokol kesehatan. Hasilnya memang sudah mematuhi aturan di tengah masa pandemi dengan menyiapkan petugas di pintu masuk untuk mengecek suhu badan setiap pengunjung serta mewajibkan memakai masker dengan benar.

Sarana dan prasarana pendukungnya juga tersedia, seperti tempat cuci tangan dan sabunnya hampir di setiap titik tersedia untuk memudahkan pengunjung menjangkaunya.

"Kapasitas pengunjung juga memenuhi ketentuan karena di objek wisata yang kami datangi, pengunjungnnya juga kurang dari 30 persen dan pengelolanya juga diingatkan agar mematuhi aturan agar tidak sampai terjadi klaster penularan COVID-19," katanya.

Munculnya klaster penularan COVID-19 di objek wisata, tentunya bisa berdampak pada kelangsungan bisnis di bidang pariwisata. 

Baca juga: Keluarga pemudik di Kudus-Jateng yang positif COVID-19 dites usap

Baca juga: 10 ribu polisi dikerahkan untuk sekat pemudik di perbatasan Jateng

Baca juga: Pemudik di Kabupaten Kudus yang baru datang wajib jalani rapid antigen


Baca juga: Jabar dan Jateng siagakan ratusan titik penyekatan antisipasi pemudik

Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021