untuk menghadapi masa depan diperlukan kompetensi dan kualifikasi kemampuan serta kemampuan nonteknis yang berbeda dengan masa lalu
Jakarta (ANTARA) - Rektor IPB University Prof Arif Satria mengatakan perguruan tinggi harus mampu membekali mahasiswa untuk bisa beradaptasi dengan perubahan, bahkan bisa menjadi "trendsetter" perubahan.

"Hal itu dikarenakan untuk menghadapi masa depan diperlukan kompetensi dan kualifikasi kemampuan serta kemampuan nonteknis yang berbeda dengan masa lalu," ujar dia dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Pernyataan tersebut disampaikan Arif menanggapi perintah Presiden Joko Widodo agar perguruan tinggi bertransformasi.

Presiden Joko Widodo juga menyampaikan bahwa perguruan tinggi perlu merelaksasi kurikulum, dari yang kaku menjadi fleksibel, membuka diri terhadap paradigma-paradigma baru terhadap cara-cara yang lebih responsif, dari mono menjadi inter bahkan transdisipliner, dari berorientasi theory building menjadi problem solving, bahkan berdampak dan harus siap menjalani standar normalitas baru.

“Perguruan tinggi harus bertransformasi menjadi lebih dinamis, menciptakan terobosan, bangun iklim kompetisi, iklim kompetitif untuk meningkatkan daya saing. Jalin sinergi, jalin kolaborasi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dengan industri, 'matching fund', 'talent pool' berbasis digital dan model kerja sama lain untuk mengoptimalkan kemampuan, serta mendorong prestasi yang lebih baik. Karena itu, jangan terjebak pada rutinitas perguruan tinggi. Harus punya waktu, harus punya energi dan harus punya keberanian untuk melakukan perubahan," kata Presiden.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyampaikan bahwa pada zaman yang serba dinamis, kreativitas inovasi dan daya saing merupakan lompatan kemajuan yang harus dipastikan.

"Mau tidak mau, kita harus memperhitungkan tren-tren global, yaitu kemajuan teknologi, pergeseran sosiokultural, perubahan lingkungan hidup dan perbedaan dunia kerja," kata dia.

Baca juga: Ditjen Dikti dorong Kampus Merdeka di Unej dengan fasilitas IsDB

Untuk menjawab tantangan tersebut, pada jenjang pendidikan tinggi, Kemendikbud telah meluncurkan Merdeka Belajar episode 6 Kampus Merdeka dengan tujuan utama semakin “mengawinkan” perguruan tinggi dengan dunia kerja.

Dalam Peluncuran Merdeka Belajar episode 6 dengan tema "Ekosistem Kampus Merdeka untuk Generasi Unggul Indonesia Jaya", Selasa, Nadiem Makarim menegaskan bahwa perkawinan antara perguruan tinggi dan dunia kerja tersebut bermakna bahwa nantinya lebih banyak mahasiswa yang didorong turun ke masyarakat untuk keluar kampus mengenal dunia kerja.

Selain itu, lebih banyak dosen yang didorong terjun ke dunia profesional untuk memahami dan turut memberikan solusi dari permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Profesional yang masuk ke perguruan tinggi untuk membagikan pengalamannya juga akan ditingkatkan.

"Tekad kuat untuk mewujudkan Indonesia maju tidak boleh surut meskipun saat ini kita sedang dilanda pandemi COVID-19. Upaya untuk mencetak SDM unggul tidak boleh terhenti. Pandemi COVID-19 justru menyadarkan kita akan pentingnya SDM yang tangguh. Yakni orang-orang yang mampu berpikir dan bertindak dengan cara-cara 'extraordinary', kemampuan beradaptasi cepat agar bisa 'survive' menghadapi kesulitan, tidak tertinggal dan menang dalam persaingan," katanya.

Baca juga: IPB University jalin mitra perkuat Merdeka Belajar-Kampus Merdeka
Baca juga: Unand fokus lakukan inovasi tata kelola wujudkan Kampus Merdeka

Pewarta: Indriani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020