langkah-langkah pemulihan resiliensi kinerja dan bisnis transportasi udara harus segera dirumuskan
Jakarta (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub) Kementerian Perhubungan melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Udara bekerjasama dengan Universitas Indonesia menyusun strategi pemulihan bisnis transportasi udara saat ini dan pascapandemi.

"Ekosistem sektor penerbangan saat ini mengalami dampak yang cukup besar akibat pandemi COVID-19 sehingga langkah-langkah pemulihan resiliensi kinerja dan bisnis transportasi udara harus segera dirumuskan," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Umiyatun Hayati Triastuti di Jakarta, Kamis.

Diberlakukannya protokol kesehatan dan tindakan preventif lockdown, lanjutnya melalui keterangan tertulis, telah mengakibatkan penerbangan internasional mengalami penurunan secara drastis.

Dia mencontohkan, selama April hingga Mei 2020 terdapat penurunan demand sebesar 80,23 persen dibandingkan tahun lalu yang hanya 13,21 persen. Walau sempat terjadi rebound beberapa waktu lalu, akan tetapi masih berada di atas angka 60 persen.

Penurunan permintaan sektor transportasi udara, tambahnya, mengakibatkan menurunnya Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 0,18 persen, konsumsi rumah tangga sebesar 0,55 persen, dan pendapatan tenaga kerja sebesar 0,54 persen.

Selain itu, terdapat beberapa sektor lain yang juga terdampak akibat menurunnya output sektor transportasi udara, diantaranya sektor perhotelan 13,58 persen, manufaktur 12,36 persen, dan sektor perdagangan/jasa 6,44 persen.

"Untuk menjaga keberlangsungan industri transportasi udara, maka diperlukan strategi yang tepat agar sektor tersebut tetap dapat beroperasi optimal untuk memenuhi demand yang ada dan kembali beroperasi normal pascapandemi," ujar Hayati.

Pada kesempatan itu Hayati memaparkan hasil kajian Balitbanghub bersama UI telah ditemukan adanya pola perubahan perilaku pengguna jasa transportasi udara dikarenakan keinginan masyarakat untuk menjaga keselamatan diri dari ancaman COVID-19.

Oleh karena itu perlu ada upaya mengembalikan perilaku pengguna jasa transportasi udara dengan mengubah persepsi dan opini publik, dengan cara melakukan komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat, edukasi teknologi pendukung kesehatan seperti HEPA, dan pemasangan fasilitas sanitasi secara ekstensif.

Sementara itu terkait pemulihan bisnis penerbangan dalam kajian tersebut terbagi dalam dua periode, yaitu pada saat pandemi, dan pascapandemi. Pemulihan tersebut meliputi aspek kesehatan, ekonomi, keuangan, kelembagaan, teknis dan sosial budaya.

Upaya tersebut diantaranya melalui kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam memulihkan kurva permintaan industri penerbangan melalui penemuan dan tersedianya obat atau vaksin terhadap COVID-19, meningkatkan rasa aman dalam bepergian dari keberangkatan hingga daerah tujuan.


Baca juga: Balitbanghub rilis hasil riset pemulihan bisnis kereta api
Baca juga: Kemenhub kaji penggunaan satelit nano dukung sektor perhubungan
Baca juga: Dirut AP II: Penerbangan domestik bakal normal pertengahan 2021

Pewarta: Subagyo
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020