Pekanbaru (ANTARA News) - Para pelaku hipnotis yang beraksi di Kota Pekanbaru, Riau, mengincar para korbannya yang masih duduk di bangku pendidikan terutama siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Modus yang dilakukan oleh pelaku hipnotis itu adalah dengan mendatangi para calon korbannya ketika sedang menunggu angkutan kota (angkot) untuk perjalanan menuju pulang ke rumah.

Febri (14), murid kelas III SMP Bhayangkari, Pekanbaru, Rabu, mengaku telah menjadi salah satu korban dan mengalami peristiwa merugikan dirinya itu pada Sabtu, (30/1) akhir pekan lalu.

"Waktu itu saya sedang tunggu angkot dan tiba-tiba seorang lelaki dengan kendaraan bermotor menyapa setelah sebelum memukul pundak belakang dari bagian tubuh saya," ujarnya.

Lelaki yang berusia minimal 30 tahun dengan perawakan sedang dengan penampilan yang sederhana itu kemudian menawarkan Febri untuk mengantarkannya pulang ke rumah di Kelurahan Tanjung Rhu, Kecamatan Lima Puluh, Pekanbaru.

Alangkah terkejutnya Febri ketika beberapa jam baru mengetahui dirinya tertipu dan berada di depan salah satu kantor instansi yang terletak di Jalan Sumatera, Pekanbaru, setelah sebelumnya menerima tawaran pemuda yang berjanji mengantarkannya pulang.

Walhasil satu unit telepon seluler merek Sony Erikson berhasil dibawa kabur oleh pelaku hipnotis setelah dipinjamkannya Febri kepada pemuda itu untuk menghubungi dan kemudian menjemput temannya lalu menurunkan dirinya.

"Tadi dia (pelaku hipnotis) bilang ingin jemput kawannya dulu, jadi saya disuruh menunggu disini sebentar. Tetapi hingga maghrib di tidak muncul juga," ujar Febri kesal.

Sebelumnya Agus (15), teman yang menjemput Febri di Jalan Sumatera dan masih duduk di bangku salah satu sekolah swasta di pekanbaru juga mengakui hal yang sama pernah menimpa dirinya beberapa waktu lalu.

Kedua anak itu tidak melaporkan hal yang merugikan mereka kepada pihak yang berwajib sehingga para pelaku hipnotis yang mengincar para murid sekolah itu masih bebas berkeliaran di Kota Bertuah.(ANT/A024)


Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010