penggunaan masker, risiko penularannya lebih kecil
Jakarta (ANTARA) - Spesialis paru Rumah Sakit (RS) Persahabatan dr. Andika Chandra Putra, Sp.P, PhD mengatakan pemakaian masker sangat efektif untuk mencegah risiko penularan penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.

"Sangat efektif. Apalagi banyak referensi menyatakan bahwa penularan virus SARS-CoV-2 ini melalui airbone atau small droplet. Sehingga tentu dengan penggunaan masker, risiko penularannya lebih kecil," kata dia melalui sambungan telepon dengan ANTARA, Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan bahwa dengan memakai masker, maka risiko penularan COVID-19 yang ditularkan melalui udara atau percikan dapat dicegah sehingga peningkatan kasus COVID-19 di dalam masyarakat juga dapat dikendalikan.

"Karena sebenarnya yang paling penting dalam penanganan ini adalah mencegah atau menurunkan risiko penularan. Karena kalau di rumah sakit itu kan sudah tertular, sudah sakit. Sudah ada keluhan. Sekarang bagaimana kita menurunkan risiko penularannya," katanya.

Untuk itu, ia mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk terus mematuhi anjuran pemerintah tentang perlunya memakai masker untuk menurunkan risiko penularan.

Baca juga: Dokter paru dorong pemerintah tingkatkan proteksi bagi tenaga medis


Baca juga: Dokter paru: Perokok berisiko terkena COVID-19 dua kali lebih besar


Namun demikian, ia juga menekankan bahwa pencegahan risiko penularan COVID-19 tidak cukup hanya dengan menggunakan masker. Tetapi pencegahan perlu juga dilengkapi dengan penerapan protokol kesehatan lainnya.

"Jadi tidak cukup dengan hanya misalnya pakai masker artinya semua masalah selesai, enggak juga. Jadi dalam WHO itu ada namanya engineering control, ada administrative control, termasuk salah satunya penggunaan masker, jaga jarak dan mengurangi keramaian di satu ruangan," ujar dia.

Ia memberikan contoh misalnya saat seseorang terpaksa berada di satu ruangan tertutup bersama dengan banyak orang, seperti saat naik kereta api, maka orang tersebut perlu memastikan bahwa dirinya sudah mencuci tangan, memakai masker dan posisinya tidak berdekatan dengan penumpang lain.

"Kemudian juga jumlah penumpang di tempat itu perlu dipastikan hanya 50 persen, karena untuk mengurangi risiko. Atau penumpang-penumpang yang memiliki keluhan tidak boleh masuk ke kereta," katanya.

Jika memungkinkan, seseorang itu bisa membuka jendela kereta sehingga ada pertukaran udara untuk mengurangi risiko penularan.

Namun, ketika ruangan yang ditempati tidak memungkinkan dibukanya jendela, seperti saat di dalam gedung perkantoran, maka kantor perlu memasang hepa filter untuk memastikan udara tetap bersih.

"Artinya pertukaran udara di dalam ruangan itu harus tetap ada, selain tetap memakai masker dan menerapkan protokol kesehatan lainnya," demikian kata Andika.

Baca juga: Dokter paru sarankan protokol ketat kunjungan penyintas kanker paru

Baca juga: Dokter paru: Happy hipoxia bisa dialami oleh semua penderita COVID-19

Pewarta: Katriana
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020