Krisis iklim dibayangkan akan jauh lebih dahsyat dari pada krisis COVID-19 ini
Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Indonesia (DPPPI) Sarwono Kusumaatmadja mengatakan dampak perubahan iklim akan terasa lebih cepat dan para pemuda akan menghadapi kondisi iklim yang lebih menantang.

Dalam Indonesia Youth Climate Summit (IYCS) 2020 virtual yang dipantau dari Jakarta pada Jumat, Sarwono mengatakan bahwa karakter bencana yang disebabkan perubahan iklim yang dulu terjadi secara perlahan (slow onset) kini memperlihatkan gejala dampak dengan kecepatan yang lebih tinggi.

"Para pemuda-pemudi kita atau orang-orang yang dalam usia produktif akan menghadapi suatu kondisi iklim yang demikian menantang," kata Sarwono.

Baca juga: Dirjen PPI KLHK: Pemuda tumpuan harapan lingkungan hidup Indonesia

Baca juga: Dana-dana pengendalian perubahan iklim Indonesia

Menteri Negara Lingkungan Hidup RI 1993-1998 itu mengatakan bahwa hal tersebut menyebabkan Indonesia, yang memasuki masa bonus demografi, harus bisa melakukan hal-hal penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat. Di mana menurut dia membutuhkan tiga hal dasar yaitu pangan, energi dan air.

Hal senada juga diungkapkan oleh Penasihat Senior Menteri LHK bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Konvensi Internasional Nur Masripatin, yang menyebut kecepatan perubahan iklim dan dampaknya dirasakan semakin meningkat.

Dalam Persetujuan Paris, negara-negara sepakat untuk menahan lajur peningkatan suhu global hingga di bawah dua derajat Celcius. Namun, menurut Nur Masripatin, saat ini saja sudah terjadi kenaikan di atas satu derajat.

Dunia sudah melihat dampak dari wabah seperti pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini. Karena itu mengantisipasi dan mengekang dampak perubahan iklim adalah hal penting karena ancaman yang ditimbulkannya, terutama bagi generasi muda yang akan merasakannya.

"Krisis iklim dibayangkan akan jauh lebih dahsyat dari pada krisis COVID-19 ini. Jadi ini PR bersama, mari tongkat estafet kita berikan kepada yang muda dan generasi seterusnya," katanya.

Baca juga: Sri Mulyani siapkan Rp89,6 triliun per tahun untuk perubahan iklim

Baca juga: Ahli: Kebijakan rendah karbon banyak, tapi implementasi belum


 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020