Saat ini jumlah tes PCR di Jakarta setiap pekan adalah 4 kali lipat standar WHO
Jakarta (ANTARA) - Kasus positif COVID-19 di DKI Jakarta pada Rabu mencapai 23.266 kasus atau mengalami peningkatan 357 orang dibanding hari sebelumnya sebanyak 22.909 kasus.

Berdasarkan data yang diterima dari Pemprov DKI Jakarta, penambahan kasus sebanyak 357 kasus ini lebih rendah dibandingkan penambahan pada Selasa (4/8) 466 kasus, Senin (3/8) 489 kasus dan pada Ahad (2/8) sebanyak 379 kasus.

Pada Sabtu (1/8) 374 kasus, Jumat (31/7) 432 orang, Kamis (30/7) 299 serta penambahan pada Rabu (29/7) sebanyak 584 kasus yang merupakan rekor pertambahan tertinggi selama pandemi.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Weningtyas Purnomorini memaparkan penambahan sebanyak 357 orang kasus COVID-19 itu adalah dari hasil tes Polymerase Chain Reaction (PCR) pada 5.044 spesimen.

"4.287 di antaranya untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 357 positif dan 3.930 negatif. Untuk jumlah tes PCR total per 1 juta penduduk sebanyak 39.921. Jumlah orang yang dites PCR sepekan terakhir sebanyak 37.187," katanya.

WHO telah menetapkan standar jumlah tes PCR adalah 1.000 orang per 1 juta penduduk per minggu. Berdasarkan WHO, Jakarta harus melakukan pemeriksaan PCR minimum pada 10.645 orang (bukan spesimen) per minggu, atau 1.521 orang per hari.

"Saat ini jumlah tes PCR di Jakarta setiap pekan adalah 4 kali lipat standar WHO," katanya.

Baca juga: 29 perkantoran di DKI Jakarta ditutup sementara karena COVID-19
Baca juga: Ada persepsi masyarakat bahwa COVID-19 bakal selesai sendiri
Seorang pencari suaka menjalani tes usap COVID-19 di gedung eks Kodim Jalan Bedugul, Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (22/7/2020). (ANTARA/HO-Sudinkominfotik Jakarta Barat)
Weningtyas menyebutkan kondisi wabah di sebuah daerah hanya bisa diketahui melalui testing. Strategi tes-lacak-isolasi sangat penting dilakukan dalam penanganan wabah.

Jumlah tes yang tidak memenuhi standar WHO berakibat makin banyak kasus positif yang tidak terlacak. "Sehingga semakin banyak pula yang tidak diisolasi dan semakin meningkatkan potensi penularan COVID-19. Jakarta telah memenuhi standar itu, bahkan melebihinya," ujar Weningtyas.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga menyatakan sampai 4 Agustus 2020 sudah ada 576.522 sampel (sebelumnya 571.478 sampel) yang telah diperiksa dengan tes PCR untuk mengetahui jejak COVID-19 di lima wilayah DKI Jakarta.

Jumlah kasus aktif yang terpapar penyakit pneumonia akibat virus corona jenis baru (COVID-19) itu di Jakarta saat ini, sebanyak 7.611 orang (sebelumnya 7.648 orang) yang masih dirawat/isolasi.

Sedangkan dari jumlah kasus konfirmasi secara total di Jakarta pada hari ini sebanyak 23.266 kasus (sebelumnya 22.909 kasus), ada 14.760 orang dinyatakan telah sembuh (hari sebelumnya 14.381 orang), sedangkan 895 orang (sebelumnya 880) meninggal dunia.

Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta setelah penambahan hari ini, sebesar 7,4 persen (sebelumnya 7,8 persen). Sedangkan Indonesia sebesar 15,2 persen (sebelumnya 15,3 persen). WHO menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5 persen.

Namun persentase kasus positif ini hanya bisa dianggap valid bila standar jumlah tes yang dilakukan telah terpenuhi. Bila jumlah tesnya sedikit (tidak memenuhi standar WHO), maka indikator persentase kasus positif patut diragukan.
Baca juga: Dinkes DKI: Puskesmas garda terdepan lacak kasus COVID-19
Baca juga: Anies perketat pengawasan dunia usaha terkait klaster perkantoran

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020