Kalau kepercayaan pasar tidak bisa kita pulihkan, contohnya pariwisata, siapa yang mau berkunjung, siapa yang mau menginap di hotel...
Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Chairil Abdini menilai memulihkan kepercayaan pasar, khususnya masyarakat, menjadi tantangan yang paling berat dalam pemulihan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dalam webinar bertajuk "Ketahanan Sosial Ekonomi dalam Tatanan Normal Baru", Chairil mengatakan dalam memasuki tatanan normal baru, protokol kesehatan baik oleh dunia usaha maupun masyarakat harus dipatuhi dan diterapkan, sehingga pemulihan ekonomi dapat tercapai secara perlahan.

"Kalau kepercayaan pasar tidak bisa kita pulihkan, contohnya pariwisata, siapa yang mau berkunjung, siapa yang mau menginap di hotel kalau kepercayaan masyarakat tidak bisa kita pulihkan bahwa hotel itu aman dari COVID-19, bahwa berwisata juga aman," kata Chairil di Jakarta, Kamis.

Untuk mengembalikan kepercayaan pasar, pemerintah pun harus meningkatkan swab test atau rapid test sebanyak-banyaknya agar bisa mengendalikan penularan COVID-19.

Baca juga: Erick Thohir: Mayoritas CEO besar bilang ekonomi pulih 2022

Selain itu, pelacakan atau contact tracing juga harus secara intensif dilakukan, sehingga dunia usaha maupun investor juga akan memiliki kepercayaan.

Menurut Chairil, kondisi perekonomian dunia sebetulnya sudah berangsur membaik dilihat dari nilai tukar rupiah yang menguat dan harga minyak dunia yang perlahan kembali normal.

"Kita berharap bisa memulihkan kepercayaan itu, sehingga mari kita terapkan protokol kesehatan COVID dengan disiplin yang tinggi. Kembalikan kepercayaan pada market, maka ekonomi akan pulih," kata dia.

Baca juga: Pemerintah tingkatkan program pemulihan ekonomi antisipasi normal baru

Dalam kesempatan yang sama Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Erwin Aksa menilai bahwa dalam menghadapi tatanan normal baru, pemerintah dan seluruh pihak terkait harus menjaga agar jumlah pasien yang dirawat dan terpapar tidak semakin meningkat.

Pemerintah juga diharapkan memberikan likuiditas kepada dunia usaha berupa modal kerja hingga bantuan tunai kepada masyarakat agar tercipta permintaan dan daya beli.

"Kita berharap stimulus dari pemerintah cukup besar dan segera mengambil keputusan yang cepat, karena semakin lama diputuskan, semakin banyak kebutuhan, semakin dalam rusaknya, ekonomi kita akan semakin susah. Daya tahan dunia usaha tidak kuat," kata Erwin.

Baca juga: Sri Mulyani: Anggaran penanganan COVID-19 naik, jadi Rp695,2 triliun

 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020