Yogyakarta (ANTARA) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyebutkan masyarakat di level rukun tetangga (RT) atau dusun merupakan basis pertahanan yang harus terus diperkuat untuk melawan persebaran COVID-19 saat fase normal baru.

"Dalam menggalang kesiapsiagaan melawan Covid-19 basis pertahanan yang diperkuat adalah di tingkat RT/dusun," kata Sultan dalam program #SultanMenyapa Jilid 7 dengan judul "Dengan modal sosial, bangun tatanan baru" di Yogyakarta, Selasa.

Sultan meyakini jika ketahanan masyarakat dibangun dengan kekompakan dan disiplin diri dalam mematuhi protokol kesehatan, maka masyarakat akan segera menggapai hari esok yang cerah.

Menurut dia, ibarat dalam medan perang, masyarakat masih memiliki peluang menang melawan COVID-19 jika terbangun semangat kemenyatuan antara pemimpin dengan rakyat di semua level, hingga RT/Dusun.

"Bersatunya rakyat dengan pemimpin di segala lini hingga RT/Dusun adalah modal 'Jogja-Gumregah' untuk mengisi Tatanan Normal Baru," kata Sultan.

Sultan menyadari bahwa keberadaan Covid-19 tak tertolakkan dan kehadirannya pun selalu menyertai masyarakat di mana pun mereka berada. Sedangkan kapan waktu selesainya pun belum bisa diprediksikan.

"Meski sosoknya tak tampak dan tak teraba, dan kita pun memusuhinya, mau tidak mau kita harus berdamai dan menuruti hidup harmoni dengannya. Pakai masker, cuci tangan dan menjauhkannya dari wajah, jaga jarak yang aman, diam di rumah dan berkegiatan di luar dimana perlu, serta menjauhi kerumuman," kata dia.

Di sisi lain, kata Sultan, aparat pemerintahan pun harus ikut berubah, dengan mematuhi protokol yang ditetapkan, disertai peningkatan layanan bagi masyarakat.

"Dalam bahasa milenial, inilah basis platform sebuah aplikasi sosial menuju Tatanan Kehidupan Baru di DIY. Dengan kesadaran diri seperti itu, niscaya setiap warga secara organis akan menata dirinya-sendiri," kata dia.

Menurut dia, secara struktural setiap aparat paham akan kewajibannya, tanpa diiming-imingi hadiah, atau diancam hukuman.

"Semuanya mengalir secara alami, layaknya 'mbanyu mili', yang menjadi ruh dari kesadaran bersama untuk mengasah ketajaman akal-budi sebagai pengikat kohesi sosial dan keterpanggilan membantu liyan," katanya.

Kepala Bagian Humas Biro Umum Humas dan Protokol Setda DIY, Ditya Nanaryo Aji, menjelaskan, #SultanMenyapa Jilid 7 dengan judul "Dengan modal sosial, bangun tatanan baru" mengusung pesan bahwa normal baru adalah sebuah era baru yang harus disikapi sebagai ikhtiar.

Masa pandemi kemarin, kata dia, adalah sebuah latihan dari menyambut situasi normal baru, adaptasi dari sebuah pola hidup baru yang lebih sehat, teratur dan higienis.

Normal baru, lanjut dia, harus disikapi dengan ketenangan, optimisme dan kepatuhan terhadap tatanan kehidupan yang baru.

"Masyarakat adalah ujung tombak pemutus rantai Covid-19. Pun dalam sisi kehidupan yang lain, masyarakat pula yang jadi garda terdepan dalam mengelola kehidupan sosial," kata dia.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020