Presiden memperkirakan tahun depan terjadi booming di sektor pariwisata sehingga industri pariwisata dan ekonomi kreatif harus siap.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta sektor pariwisata senantiasa bersiap untuk melakukan pemulihan pascapandemi COVID-19.

"Presiden memperkirakan tahun depan terjadi booming di sektor pariwisata sehingga industri pariwisata dan ekonomi kreatif harus siap,” ujar Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko pada acara webinar dengan tema" Reopening Ekonomi Indonesia: Berdamai dengan COVID-19, Menyongsong Protokol New Normal di daerah Pariwisata se-Indonesia" di Jakarta, Kamis.

Moeldoko mengatakan sejauh ini pemerintah telah menyiapkan berbagai langkah penting agar sektor pariwisata bisa bangkit kembali.

Baca juga: Moeldoko sebut industri rumahan solusi ideal hadapi dampak COVID-19

Moeldoko menjelaskan, ada tiga langkah penting yang dilakukan pemerintah sebagai upaya pemulihan sektor pariwisata.

Pertama, program perlindungan sosial bagi para pekerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang tepat sasaran.

Kedua, realokasi anggaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diarahkan pada program padat karya bagi pekerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Ketiga, menyiapkan stimulus ekonomi bagi para pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Setelah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar berakhir, lanjut Moeldoko, ada berbagai aktivitas yang dilakukan masyarakat.

Di antaranya adalah berkumpul dengan teman, pergi ke tempat wisata/rekreasi, tempat makan, pusat perbelanjaan, bepergian ke luar kota dan lain-lain.

"Kita lihat ini sebagai peluang harus dicermati sehingga sektor pariwisata bangkit dan tumbuh kembali," ujar Moeldoko.

Baca juga: Moeldoko ingin "Sayuran bagi Rakyat" diperbanyak untuk lawan COVID-19

Selain itu, hasil survei Mckinsey menyebutkan 61 persen masyarakat Indonesia sangat peduli terhadap kesehatan publik.

Dengan demikian, aspek keselamatan dan kesehatan menjadi faktor penting dalam melakukan perjalanan wisata.

Di sisi lain, penerapan kebijakan social/physical distancing mempengaruhi kebiasaan berwisata masyarakat. Wisatawan akan tetap berhati-hati dan lebih suka menghindari tempat wisata yang ramai.

Menurut Moeldoko, tempat wisata luar ruangan (outdoor) dan yang berhubungan dengan alam akan menjadi tujuan paling populer untuk perjalanan di masa mendatang.

Paket wisata grup akan berkurang popularitasnya dan akan berganti dengan perjalanan mandiri. Wisatawan yang berusia muda akan melakukan perjalanan wisata terlebih dahulu.

Wisatawan akan lebih memilih untuk melakukan perjalanan dengan jarak yang relatif dekat atau menempuh waktu lebih singkat.

“Demografi wisatawan yang berubah dan situasi ekonomi secara keseluruhan akan menentukan pola pengeluaran wisatawan,” ujarnya.

Baca juga: Kemenparekraf perkuat VITO promosi produk pariwisata ke luar negeri

Para pelaku di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, menurutnya, juga harus mengubah pendekatan dan strategi, optimalisasi sumber daya sesuai dengan potensi pasar baik domestik dan regional, penerapan protokol keamanan dan kebersihan, pelayanan yang bisa memberi kepercayaan, higienitas proses dan fitur produk yang perlu dimodifikasi, komunikasi dan saluran penjualan juga harus menyesuaikan dengan pelanggan yang berubah.

“Milenial dan Gen Z akan menggantikan generasi baby boomer. Kita harus siap menghadapi itu,” tegas Moeldoko.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana mengatakan bahwa Bali merupakan destinasi utama para wisatawan lokal dan mancanegara.

Sejak dua tahun lalu, Bali Utara sudah menyiapkan bandara baru di Singaraja.

“Bali sudah siap 8,5 juta wisatawan setiap tahun, ini angka 80 persen dari kapasitas yang ada,” papar Tjokorda.

Namun, pandemi COVID-19 telah mengakibatkan Bali sebagai lokomotif utama pariwisata jatuh kolaps, pertumbuhan ekonomi sampai minus.

Baca juga: Kemenkeu siapkan stimulus pariwisata, mulai dari diskon tiket pesawat

Sebanyak 70 persen pendapatan asli daerah Bali berasal dari pariwisata, sehingga banyak pelaku wisata yang dirumahkan. Mengutip data Wagub Bali, warga yang terinfeksi COVID-19 mencapai 332 orang dan yang sembuh 222 orang atau 66 persen lebih. Menurut Tjokorda, dari data itu, kondisi di Bali sangat baik, artinya sudah masuk fase landai.

Menurutnya, memasuki new normal ini, harus diperhatikan kesehatan destinasi, kesiapan protokol kesehatan pariwisata Bali pasca COVID-19.

“Kamis ini, sebut Bali Era Baru. Selain kesehatan, keamanan dan pelayanan wisata. Strategi yang dikembangkan adalah membuka secara bertahap per kluster,” paparnya.

Webinar yang diselenggarakan oleh MASATA (Masyarakat Sadar Wisata) tersebut dihadiri pula oleh perwakilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wakil Gubernur Bengkulu Dedy Ermansyah, Bupati Toraja Utara Kalatiku Paembanan, Walikota Tegal M Jumadi, Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie, Tenaga Ahli Utama Deputi I KSP Helson Siagian, dan Tito Loho dari Masyarakat Sadar Wisata.



 

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020