Menurut laporan banyak lagi rumah-rumah penduduk yang retak, namun syukurnya hingga malam ini sesuai laporan kita terima lapangan nihil korban jiwa akibat gempa tersebut
Tapsel (ANTARA) - Sejumlah rumah ibadah, rumah warga, dan gedung sekolah di Kecamatan Sayur Matinggi, Tapanuli Selatan mengalami kerusakan kategori kecil hingga parah dampak gempa tektonik magnitudo 5,6 di Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara.

"Kita baru saja melakukan pendataan di lapangan dampak gempa bumi Padang Lawas dengan kedalaman 10 km ini," kata Bupati Tapanuli Selatan Syahrul M. Pasaribu kepada ANTARA melalui Camat Kecamatan Sayur Matinggi Emmy Farida di Tapanuli Selatan, Kamis malam.

Dia menyatakan dampak paling parah dialami SD Negeri 101107 Aek Libung, Kecamatan Sayur Matinggi di mana satu gedung sekolah kondisinya rusak parah, sedangkan Masjid Syech Sihabuddin juga rusak.

"Tambah rumah penduduk ditempati Nikmah Nasution (50) rusak mengalami kerugian sekitar Rp3 juta, Yusnita (32) rumahnya rusak kerugian ditaksir Rp1 juta, dan rumah Tukma (27)," tambahnya.

Baca juga: Gempa magnitudo 5,6 guncang Padang Lawas Sumatera Utara

Selain itu, di Kelurahan Sayur Matinggi, Masjid Asasuddin juga rusak dengan kerugian diperkirakan Rp40 juta dan satu rumah warga bernama Isak (36) rusak dengan taksiran kerugian Rp2 juta.

"Menurut laporan banyak lagi rumah-rumah penduduk yang retak, namun syukurnya hingga malam ini sesuai laporan kita terima lapangan nihil korban jiwa akibat gempa tersebut," katanya.

Kapolres Tapanuli Selatan AKBP Irwa Zaini Adib menyatakan prihatin atas dampak gempa bumi yang telah merusak sejumlah bangunan masyarakat, rumah ibadah, dan fasilitas umum lainnya di wilayah hukumnya.

"Namun, yang jelasnya kita akan terus melakukan koordinasi yang baik terkait berbagai kerusakan dampak gempa, bahkan sejumlah personel kita juga di lapangan tengah melakukan pendataan secara detail," ujarnya.

Baca juga: Gempa magnitudo 5,0 guncang Sukabumi
Baca juga: BNPB: Terjadi 1.188 bencana hingga April 2020

Pewarta: Juraidi dan Kodir
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020