AHA Center saat ini memang ditugaskan untuk menangani bencana alam, bukan bencana kesehatan. Akan tetapi di tengah pandemi COVID-19, harus ada revolusi di tubuh AHA-Center sehingga lembaga itu relevan (pada situasi krisis saat ini)
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah pengamat lewat sebuah diskusi panel di Jakarta, Senin, mendorong Perhimpunan Bangsa-Bangsa  Asia Tenggara (ASEAN) memperluas mandat dan wewenang Pusat Koordinasi Bantuan Kemanusiaan untuk Manajemen Bencana (AHA Center) agar lembaga itu turut berperan membantu penanggulangan COVID-19 di kawasan.

"AHA Center saat ini memang ditugaskan untuk menangani bencana alam, bukan bencana kesehatan. Akan tetapi di tengah pandemi COVID-19, harus ada revolusi di tubuh AHA-Center sehingga lembaga itu relevan (pada situasi krisis saat ini)," kata Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, Dr Fitriani.

Dalam diskusi yang diadakan oleh CSIS Indonesia melalui video konferensi lewat sambungan Internet, Fitriani menjelaskan perluasan mandat perlu diberikan terlepas dari pertanyaan mengenai kapasitas sumber daya dan keuangan yang dimiliki oleh lembaga kemanusiaan ASEAN itu.

Sejalan dengan pendapat Fitriani, redaktur senior desk internasional The Jakarta Post, Tama Salim, menilai kehendak politik  jadi faktor utama yang menentukan penguatan AHA Center. Ia mencontohkan kewenangan lembaga itu dapat diperluas saat adanya krisis kemanusiaan yang dialami para pengungsi etnis Rohingya.

Baca juga: Para pemimpin Asia Tenggara sepakat bekerja sama perangi virus corona
Baca juga: Presiden yakini ASEAN Plus Three dapat atasi krisis akibat COVID-19


"Saat tekanan komunitas internasional  memuncak, kita melihat respons dari ASEAN, kita menyaksikan mandat AHA Center diperluas oleh para menteri luar negeri dari anggota ASEAN. Pertanyaannya untuk situasi  saat ini, kenapa AHA Center, mengapa mereka, karena sarana, fasilitas, dan pengetahuan sudah tersedia," terang Tama saat sesi diskusi yang sama.

Sementara itu, Kepala Departemen Hubungan Internasional CSIS Indonesia, Dr Shafiah Muhibat menjelaskan AHA Center jadi salah satu lembaga yang disebutkan dalam deklarasi pertemuan khusus ASEAN mengenai penanggulangan COVID-19 atau "Special ASEAN Summit on Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)" pada 14 April.

Akan tetapi, AHA Center bukan lembaga utama yang diberi mandat menanggulangi krisis kesehatan COVID-19. "Lembaga utama yang bertanggung jawab tetap ASEAN Coordinating Council (Dewan Koordinasi ASEAN)," terang Shafiah.

10 anggota ASEAN menyepakati sembilan poin deklarasi mengenai penanggulangan COVID-19 di kawasan pada minggu lalu.

Salah satu isi deklarasi menyebut negara-negara anggota sepakat meningkatkan kapasitas lembaga kedaruratan yang telah terbentuk, di antaranya ASEAN Emergency Operations Center (EOC) Network/Pusat Jaringan Operasi Darurat ASEAN, ASEAN Risk Assessement and Risk Communication Centre/Pusat Komunikasi dan Evaluasi Risiko ASEAN, ASEAN BioDiaspora Virtual Center (ABVC) dan AHA Center.

Lembaga tersebut, termasuk di antaranya AHA Center, ditugaskan turut berperan menyalurkan bantuan kemanusiaan saat ada krisis kesehatan di masa depan, demikian isi deklarasi pertemuan tingkat tinggi ASEAN yang diadakan secara virtual minggu lalu.

Baca juga: Pengamat nilai ASEAN kurang tunjukkan langkah konkret hadapi COVID-19
Baca juga: PM China ajak ASEAN kembangkan obat dan vaksin COVID-19

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020