Jakarta (ANTARA) - Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) memiliki fasilitas laboratorium untuk uji praklinis penggunaan senyawa radioaktif menggunakan hewan percobaan untuk keperluan diagnosis dan terapi penyakit.  

"Pada perkembangannya, laboratorium ini digunakan untuk uji praklinis terhadap penelitian senyawa bertanda untuk diagnosis dan terapi kanker dan penyakit infeksi lainnya," kata Kepala Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan BATAN Jupiter Sitorus Pane dalam keterangan tertulis lembaga yang diterima di Jakarta, Jumat.

Laboratorium uji radioaktif yang sejak 1979 digunakan untuk penelitian dan pengembangan senyawa bertanda menggunakan hewan percobaan itu, menurut dia, belum dilengkapi dengan fasilitas pengujian yang sesuai dengan standar sehingga pemanfaatannya belum maksimal.

Pada awalnya, laboratorium itu hanya digunakan untuk melakukan kontrol terhadap produk radioisotop dan senyawa bertanda yang dihasilkan reaktor TRIGA 2000 guna mengetahui karakteristik radioisotop dan senyawa bertanda melalui percobaan pada hewan dan beberapa uji praklinis sederhana.

Mulai tahun 2019 dilakukan perbaikan tahap awal pada fasilitas laboratorium. Pada Februari 2020, perbaikan fasilitas tersebut sudah selesai.

Peneliti BATAN bidang kedokteran hewan Ahmad Kurniawan mengatakan laboratorium itu penggunaannya difokuskan pada penelitian dasar pengembangan senyawa bertanda mulai dari uji biodistribusi dan farmakokinetik pada hewan uji normal dan hewan dengan kanker serta infeksi.

"Fasilitas laboratorium yang kami miliki saat ini meliputi ruang isolasi untuk mencit dan tikus, ruang breeding (pembiakan), ruang bedah dan tempat penyimpanan alat bahan. Setiap ruangan diisi kandang standar khusus rodent," katanya.

Laboratorium itu dilengkapi peralatan pengujian berupa meja bedah, alat bedah, mesin sterilisasi alat, mesin anastesi inhalasi khusus rodensia dengan ruang khusus, restrainer khusus rodensia, metabolic cage, timbangan analitik, Automatic Gamma Counter Wizard 2, dan freezer kadaver.

Dalam praktiknya, penelitian di laboratorium itu menggunakan hewan pengerat seperti mencit dan tikus untuk pengembangan radiofarmaka ataupun riset biomedis lainnya.

Kegiatan di laboratorium antara lain meliputi pembuatan hewan model kanker (cell line dan karsinogen), hewan model infeksi, implan tulang dengan material hasil iradiasi, dan model osteoporosis.

Laboratorium hewan uji radioaktif itu diawasi dua dokter hewan yang memang fokus melakukan penelitian dan pengembangan in vitro dan in vivo terkait hewan uji untuk riset biomedis.

"Dengan adanya laboratorium ini ke depannya semoga semakin banyak kolaborasi riset baik di dalam ataupun luar negeri. Fasilitas masih belum sempurna tetapi seiring berjalannya waktu dan komitmen pimpinan semoga menjadi salah satu lab hewan uji radioaktif yang terkemuka di Indonesia," tutur Ahmad.

Laboratorium tersebut, menurut Ahmad, diharapkan dapat digunakan untuk preclinical imaging menggunakan preclinical SPECT/PET/CT khusus rodensia, yang sampai saat ini belum dimiliki Indonesia, serta terhubung dengan fasilitas laboratorium uji in vitro.

Laboratorium itu dapat juga dimanfaatkan oleh peneliti di luar BATAN baik dari perguruan tinggi atau lembaga penelitian dan pengembangan lainnya.

Saat ini BATAN sedang mengeksplorasi kerja sama dengan Universitas Padjadjaran, Universitas Gadjah Mada, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB), Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor, dan Kementerian Kesehatan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan yang membutuhkan fasilitas pemeliharaan dan penelitian terkait riset biomedis memanfaatkan teknologi nuklir.

Baca juga:
BATAN-Tsing University lakukan penelitian laboratorium bersama
BATAN koordinator tiga program prioritas riset nasional 2020-2024

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020