Cibinong, Bogor (ANTARA) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Manoarfa memberikan sinyal positif pada Bupati Bogor Ade Yasin mengenai pembangunan Jalur Poros Tengah Timur (PTT) atau biasa disebut Jalur Puncak Dua.

"Saya ditelepon oleh Pak Suharso. Katanya, coba yang kemarin, yang mana yang didahulukan dari sekian program BES itu kan tidak mungkin dibangun semuanya," kata Ade Yasin di Kabupaten Bogor, Jumat.

Menurut dia, perbincangannya itu merupakan tindak lanjut dari forum "Borderline Economic Summit" (BES) yang digelar di Sukaraja, Kabupaten Bogor, pada 12 Desember 2019. Saat itu hadir perwakilan dari 11 pemda yang wilayahnya bersebelahan dengan Kabupaten Bogor, membahas sejumlah masalah di perbatasan.

"Mana yang didahulukan? Saya minta Puncak Dua dan Jalan Tambang. Beliau lagi susun RKP (rencana kerja pemerintah), mudah-mudahan masuk," kata politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.

Baca juga: Bogor kerahkan TNI garap jalur puncak dua jika tak digubris PUPR
Baca juga: Bupati Bogor serahkan hasil kajian Jalur Puncak Dua ke Menhub
Kepala Bappenas Suharso Manoarfa bersama Bupati Bogor Ade Yasin dalam "Borderline Economic Summit"(BES) di Hotel Royal Tulip, Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (ANTARA/M Fikri Setiawan)
Pembangunan Jalur Puncak Dua merupakan satu dari delapan poin pembahasan BES 2019. Jalur sepanjang 62,8 kilometer ini menghubungkan antara Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang.

Pada konsep yang dipaparkan dalam BES 2019, Jalur Puncak Dua terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama menghubungkan Sentul, Wargajaya Sukamakmur, hingga Istana Cipanas Cianjur dengan panjang 48,7 kilometer. Tahap dua menghubungkan Wargajaya Sukamakmur dengan Green Canyon Karawang sepanjang 18,5 kilometer.

Khusus pembangunan tahap satu, sepanjang 25 kilometer telah dilakukan pekerjaan. Proses tersebut masih terus diupayakan dan membutuhkan peran serta pemerintah pusat dan provinsi untuk penyelesaian pembangunannya.

"Dari total 115 hektare lahan yang dibutuhkan, 63 persennya merupakan tanah hasil hibah dari pemilik lahan. Selebihnya, tanah yang lain masih membutuhkan proses pinjam pakai kawasan hutan dan pembebasan lahan," kata Ade Yasin.

Baca juga: Bogor butuh PTT untuk kembalikan Puncak jadi destinasi wisata nasional
Baca juga: DPRD Bogor sebut Jalur Puncak Dua tetap solusi
Sejumlah kendaraan roda dua melintas di jalur wisata Puncak Pass, Bogor, Jawa Barat, Jumat (30/3/2018). Dampak ditutupnya jalur wisata Puncak Bogor akibat longsor, berimbas pada sepinya wisatawan yang berlibur pada libur panjang Paskah di kawasan tersebut. (ANTARA/Yulius Satria Wijaya)

Sedikitnya ada tiga alasan tujuan dibangunnya Jalur Puncak Dua, yaitu mengatasi kemacetan Jalur Puncak, mendorong pengembangan dan pertumbuhan ekonomi wilayah Bogor Timur serta mempermudah akses ke objek wisata alam Green Canyon.

Wilayah timur Kabupaten Bogor yang berbatasan dengan Cianjur dan Karawang, merupakan wilayah tertinggal, yang terindikasi dengan angka indeks pembangunan manusia (IPM) dan produk domestik regional bruto (PDRB) yang di bawah rata-rata.

Padahal wilayah ini memiliki potensi wisata alam dan produksi pertanian yang melimpah. Salah satu yang terkenal adalah Kopi Robusta Van Catangmalang Winey yang pernah meraih penghargaan Agency for The Valorization of the Agricultural Product (AVPA) Gourmet Product di Paris dengan predikat Silver Gourmet.

Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020