Menyikapi protes yang disampaikan oleh akun PGRI tentang tahanan yang gundul. Propam polda dari tadi pagi sedang melakukan pemeriksaan di Polres Sleman
Yogyakarta (ANTARA) - Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta menyikapi protes dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengenai tersangka kasus kecelakaan sungai yang juga guru SMPN 1 Turi Sleman digunduli.

"Menyikapi protes yang disampaikan oleh akun PGRI tentang tahanan yang gundul. Propam polda dari tadi pagi sedang melakukan pemeriksaan di Polres Sleman," kata Kepala Bidang Humas Polda DIY Kombes Pol Yuliyanto melalui keterangannya di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, pemeriksaan itu dilakukan untuk mengetahui pelanggaran yang dilakukan oleh anggota kepolisian.

Baca juga: Susur sungai SMPN Turi dinilai minim persiapan hingga 10 pelajar tewas

"Jika nanti terbukti ada pelanggaran maka akan dilakukan tindakan kepada petugas yang menyalahi aturan," kata Yuliyanto.

Sebelumnya, Pengurus Beras (PB) PGRI melalui akun twitter resminya pada Selasa (25/2) menyampaikan protes terkait cukur gundul pihak kepolisian kepada tiga pembina pramuka SMPN 1 Turi, Sleman.

"Pak Polisi, kami marah dan geram. Tak sepatutnya para guru-guru kau giring di jalanan dan dibotakin seperti kriminal tak terampuni. Mrk memang salah tapi program Pramuka itu legal & jadi agenda pendidikan. Jangan ulangi lagi! seblm semua guru turun," tulis akun @PBPGRI_OFFICIAL.

Meski demikian, sekitar pukul 22.00 WIB cuitan tersebut dihapus oleh admin. Hal itu ditujukan untuk menjaga tidak adanya silang pendapat yang lebih meluas.

"Demi menjaga silang pendapat yg lebih luas, kami hapus twitt itu. Mhn semua pihak menghormati proses hukum. Tiada seorang gurupun berniat celakakan muridnya. Kami juga amat sedih.Tolong polisi ikuti SOP, semua sama di depan hukum," tulis akun tersebut.

Baca juga: Kemensos beri penghargaan kepada Sudarwanto dan Sudiro

Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana mengatakan bahwa tragedi hanyutnya pelajar SMPN 1 Turi yang menewaskan 10 siswi adalah suatu hal yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan bagi dunia pendidikan, serta masyarakat indonesia secara umum.

Ia menyayangkan kelalaian yang dilakukan oleh beberapa guru yang mengakibatkan peristiwa ini terjadi.

"Sudah wajar apabila dilakukan proses penyelidikan oleh aparat yang berwenang dan berlanjut pada proses hukum, agar menjadi pelajaran dan tidak terulang lagi," kata dia.

Namun demikian, ia mengaku prihatin dengan beredarnya foto-foto tiga tersangka yang dua di antaranya merupakan guru ditampilkan dengan kondisi kepala digunduli.

"Muncul keprihatinan baru ketika beredar foto-foto bapak guru yang jadi tersangka, di medsos dengan kepala digundul dan mengenakan baju pesakitan dengan berbagai komentar negatif. Secara pribadi mereka menjalani proses hukum atas kelalaian mereka, tetapi semestinya tetap diperlakukan secara wajar sebagaimana orang yang menjalani proses hukum," ujar Huda.

Baca juga: Susur sungai untuk bentuk karakter siswa alasan tersangka

Seperti diwartakan, Polisi telah menetapkan tiga pembina pramuka yakni IYA (36), R (58), dan DDS (58) sebagai tersangka terkait kasus kegiatan susur sungai siswa/siswi SMPN 1 Turi, Sleman, DIY, yang telah menewaskan 10 pelajar pada Jumat (21/2).

Selain sebagai pembina pramuka, IYA merupakan guru olahraga dan R adalah guru kesenian di SMPN 1 Turi, Sleman.

Baca juga: Polda DIY tetapkan dua tersangka baru kasus kecelakaan susur sungai

Baca juga: Sultan HB X yakin Kepsek SMPN 1 Turi bakal terkena sanksi

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020