Sejumlah alat berat termasuk bantuan dari pemerintah pusat masih dikerahkan untuk melakukan upaya pembersihan lumpur dan sampah serta perataan lahan sawah yang rusak karena banjir bandang
Serang (ANTARA) - Dinas Pertanian Provinsi Banten dan Pemkab Lebak masih terus berupaya melakukan rehabilitasi atau perbaikan lahan sawah yang terkena banjir bandang di Kabupaten Lebak yang terjadi pada awal tahun baru 2020 lalu.

"Sampai saat ini masih pengerahan alat berat, khususnya untuk lahan sawah," kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid di Serang, Senin.

Ia mengatakan, sejumlah alat berat termasuk bantuan dari pemerintah pusat masih dikerahkan untuk melakukan upaya pembersihan lumpur dan sampah serta perataan lahan sawah yang rusak karena banjir bandang tersebut.

Karena itu, pihaknya belum bisa melakukan langkah-langkah untuk upaya membantu petani di lokasi tersebut untuk proses penanaman padi maupun lahan pertanian lainnya.

"Petani di sana belum bisa menggarap sawahnya karena masih proses rehabilitasi. Selama ini mereka mendapatkan makanan mengandalkan bantuan, terutama yang masih di pengungsian," kata Agus.

Dinas Pertanian Provisai Banten mencatat sawah yang terdampak atau terkena banjir bandang di sejumlah kecamatan di Kabupaten Lebak yang terjadi pada Rabu (1/1) seluas 890,5 hektare.

"Hasil verifikasi di lapangan data hingga 13 Januari jumlah sawah yang terkena banjir di Lebak 890,5 hektare. Dari jumlah itu yang gagal tanam karena baru tanam atau puso ada 480 hektare," katanya.

Ia mengatakan selain banjir di Lebak, sawah yang terkena banjir juga terjadi di Kabupaten Serang dengan luas 165 hektare dan berpotensi puso atau gagal panen seluas 32 hektare.

Sawah yang terkena banjir di Lebak, kata dia, paling dominan berada di tiga kecamatan yakni Kecamatan Cipanas, Kecamatan Sajira dan Kecamatan Lebak Gedong.

"Padahal tiga kecamatan di Lebak ini tidak termasuk zona merah bencana banjir yang terjadi setiap tahunnya. Biasanya kan terjadi di Pandeglang di beberapa kecamatan," katanya.

Pihaknya sudah menyiapkan cadangan benih daerah baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota untuk membantu para petani yang sawahnya terkena banjir.

Selain itu juga kemungkinan ada bantuan dari dinas lainnya berkaitan dengan kebutuhan pangan atau beras pada masa rehabilitasi sawah yang terkena banjir.

Pihaknya juga mendorong para petani atau peternak di Banten untuk masuk dalam keanggotaan Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP) untuk memproteksi tanaman atau sawah bila suatu waktu terkena bencana.

"Petani di Banten ini ada kuota atau alokasi untuk AUTP itu sekitar 12 ribu hektare. Para petani atau kelompok tani hanya membayar premi Rp36 ribu per hektare dengan klaim asuransi sebesar Rp6 juta per hektare jika tanaman itu gagal panen akibat bencana," katanya.

"Kami juga menyiapkan  Asuransi Usaha Ternak Sapi dan Kerbau (AUTSK) dengan bayar premi Rp40 ribu per ekor dan jika mati terkena bencana atau lainnya, akan diganti klaim asuransinya Rp10 juta per ekor," demikian Agus M Tauchid.

Baca juga: Pascabanjir Lebak, pembangunan irigasi pertanian jadi fokus perbaikan

Baca juga: Mentan Syahrul tinjau pertanian rusak akibat banjir di Lebak

Baca juga: Bupati Lebak: Lahan terdampak bencana banjir bandang direlokasi


Pewarta: Mulyana
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020