Jakarta (ANTARA) - DKI Jakarta menargetkan terbebas dari Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pada 2030.

"Ya, target besarnya seperti itu," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr Widyastuti 
MKM dalam keterangan resminya yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.

Untuk mencapai target itu dilakukan sejumlah kegiatan yang melibatkan pihak terkait, seperti Jakarta Memanggil serta implementasi Peraturan Daerah Nomor 5/2008 tentang Penanggulangan AIDS dan Pembiayaan Program.

Peluncuran Jakarta Memanggil dilakukan sehari sebelumnya, Selasa (11/2) di Auditorium Abdurahman Saleh RRI, Jakarta.

DKI Jakarta merupakan empat besar provinsi dengan jumlah kasus HIV dan AIDS terbanyak di Indonesia bersama Papua, Bali dan Jawa Timur.
Estimasi Kementerian Kesehatan menyatakan ada 109.676 ODHA (Orang dengan HIV AIDS) di Jakarta.

“Namun yang terdeteksi saat ini baru 65.606. Masih ada 40 persen yang belum bisa kita deteksi," katanya.

Baca juga: YPI ingatkan pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayinya
Baca juga: DPRD pertanyakan langkah Dinkes DKI tangani HIV di Jakarta
Petugas mengambil darah warga yang diperiksa ketika pemeriksaan darah HIV AIDS, Jakarta, Kamis (28/11). Pemeriksaan tersebut dalam rangka bulan bakti Voluntary Councelling and Testing (VCT) atau tes darah HIV AIDS secara gratis yang bertujuan untuk mengetahui secara dini status HIV seseorang dan pencegahan lebih dini. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Regulasi
Dalam mengatasi permasalahan HIV-AIDS di Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menginisiasi beberapa komitmen. Antara lain dalam bentuk regulasi dengan menerbitkan Perda Nomor 5/2008 tentang Penanggulangan AIDS dan Pembiayaan Program.

Selain itu, ada juga komitmen menyediakan fasilitas layanan kesehatan berupa tes HIV, pengobatan HIV dan pemantauan keberhasilan pengobatan serta komitmen untuk terus melakukan inovasi program.

Bahkan sejak Januari 2019, DKI Jakarta juga telah meluncurkan "Jak Track" yang telah digunakan oleh lebih dari 70 Puskesmas (kecamatan dan kelurahan), klinik swasta dan rumah sakit di DKI Jakarta.

Selama Januari-September 2019, dengan Reservasi Daring yang telah diterapkan di 35 Puskesmas dan RSUD di Jakarta, terdapat 2.910 permohonan tes HIV (booking test) yang dibuat. Lebih dari 500 klien telah merasakan mudahnya akses ke layanan HIV melalui fasilitas ini.

Selama 2019, 809 kali konseling dan tes HIV sukarela (KTS) atau "voluntary counselling and testing" (VCT) telah dilakukan di Puskesmas. Total 18.866 klien telah melakukan tes HIV dengan angka temuan kasus 10 persen dari total tes.

"Mobile VCT atau Dokling pelaporannya dilakukan menggunakan 'Jak-Track' dan bisa dengan mudah langsung diakses oleh LSM penjangkau," katanya.

Baca juga: Jakarta Barat targetkan nol penularan HIV/AIDS pada 2030
Baca juga: YPI hilangkan stigma ODHA sebagai beban
Sejumlah warga mengikuti acara Fun Bike memperingati Hari Aids Sedunia di Jakarta, Minggu (2/12). Kegiatan yang diadakan oleh Komisi Penanggulangan Aids Nasional (KPAN) dan Komunitas Bike2Work tersebut merupakan upaya untuk pencegahan HIV dan Aids di seluruh Dunia. (ANTARA/Reno Esnir)
Dengan berbagai kemudahan yang telah "Jak-Track" hadirkan, tegasnya, diharapkan ke depan penggunaan "Jak Track" bisa lebih optimal dan dapat memudahkan petugas layanan kesehatan dalam pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di DKI Jakarta.

Widyastuti juga mengatakan, sudah menjadi pakem untuk isu kesehatan publik bahwa tidak ada program kesehatan publik yang berhasil tanpa partisipasi masyarakat, termasuk upaya mengatasi masalah HIV/AIDS.

Karena itu, Widyastuti mengapresiasi dukungan dan bantuan teknis USAID/LINKAGES yang telah menginisiasi Jakarta Memanggil yang merupakan sebuah gamifikasi yang bertujuan mengajak seluruh petugas kesehatan. Terutama petugas Puskesmas dan klinik untuk melakukan aksi-aksi percepatan penanggulangan HIV/AIDS yang terencana dan terpadu.


Infografis:
Bersama melawan HIV/AIDS
Bersama melawan HIV/AIDS

Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020