kapasitas pembangkit tenaga panas bumi yang dimiliki PLN NTT yang eksisting saat ini baru mencapai 13 MW yang dikembangkan di Pulau Flores sebagai pulau icon geothermal.
Kupang (ANTARA) - PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur menargetkan pembangunan pembangkit listrik yang bersumber dari panas bumi hingga 115 megawatt (MW).

“Target kami ke depan sampai dengan 2028 PLNT NTT akan membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) mencapai 115 MW,” kata Asisten Manager Management Stakeholder PT PLN (Persero) UIW NTT, Yohan Tokael, di Kupang, Selasa.

Dia menjelaskan, kapasitas pembangkit tenaga panas bumi yang dimiliki PLN NTT yang eksisting saat ini baru mencapai 13 MW yang dikembangkan di Pulau Flores sebagai pulau icon geothermal.

Dalam rencana pembangunan hingga 2018, lanjut dia, PLTPB akan dikembangkan secara menyebar di sejumlah wilayah seperti Sokoria di Kabupaten Ende sebesar 30 MW, dan Ulumbu di Kabupaten Manggarai sebesar 20 MW.

Selain itu, pengembangan PLTPB Mataloko di Kabupaten Ngada 20 MW, Ulumbu II di Kabupaten Manggarai 20 MW, Oka Ile Ange di Kabupaten Flores Timur 10 MW, Atadei di Kabupaten Lembata 10 MW.

“Untuk PLTPB ini memang lebih banyak dikembangkan di wilayah Pulau Flores karena potensinya lebih besar di sana,” katanya.

Baca juga: Penetapan Rudiantara sebagai dirut tunggu RUPS PLN

Yoan menambahkan, pihaknya memberikan prioritas yang serius untuk pengembangan pembangkit listrik memanfaatkan potensi energi baru terbarukan (EBT) di provinsi setempat.

Upaya ini, lanjutnya, untuk mendukung pengembangan energi yang ramah lingkungan sebagai pengganti energi berbahan fosil yang seiring waktu semakin berkurang.

Selain panas bumi, lanjut dia, NTT juga memiliki potensi EBT yang besar untuk tenaga surya, tenaga air, maupun tenaga bayu yang menyebar di tiga pulau besar yaitu Flores, Timor, dan Sumba.

“Semuanya sudah kami petakan dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik yang akan dibangun PLN hingga 2028,” katanya.
Baca juga: Pertamina kelola energi panas bumi 1.877 MW

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019