Kupang (ANTARA) - Ratusan ribu umat Katolik di Manggarai Raya yang meliputi Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, dengan penuh suka cita menyambut pengumuman Paus Fransiskus di Vatikan City tentang siapa gembala yang ditunjuk untuk memimpin Keuskupan Ruteng.

Kabar gembira itu akhirnya muncul setelah Paus Fransiskus di Vatikan City pada Rabu (13/11) mengumumkan Romo Siprianus Hormat, Pr (53), sebagai Uskup Ruteng untuk menggantikan Mgr Baca juga: Hubertus Leteng Ditahbiskan jadi Uskup Ruteng Pr yang sudah mengundurkan diri dua tahun lalu.

Pengumuman tersebut didahului dengan ibadat sore bersama. "Kami sangat mengharapkan kehadiran kita semua di Katedral Ruteng ini," demikian Vikaris Jenderal Keuskupan Ruteng Romo Alfons Segar, Pr dalam pengumuman singkatnya.

Sejak 2017 pasca-pengunduran diri Mgr Hubertus Leteng, Keuskupan Ruteng dipimpin sementara oleh Uskup Denpasar, Mgr Silvester San Pr. Penunjukkan Mgr Silvester sebagai Administrator Apostolik kala itu bertepatan dengan pengumuman pengunduran diri Mgr Huber pada 11 Oktober 2017.

Pengunduran diri Mgr Huber terjadi menyusul mencuatnya polemik dengan para imam terkait dengan masalah dugaan penyelewengan keuangan dan hubungan khusus dengan seorang perempuan, meski dalam surat pengumuman pengunduran dirinya, kedua hal itu tidak disinggung Vatikan.

Keuskupan Ruteng secara geografis meliputi tiga kabupaten di Pulau Flores bagian barat, yakni Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur. Dari populasi sekitar 820.000 jiwa penduduk di tiga kabupaten itu, 96,36 persen di antaranya merupakan penganut Katolik.

Benih iman Katolik itu bersemi kembali di tanah Manggarai (Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat) antara tahun 1910-1911, dimana sejumlah misionaris Serikat Yesus datang ke wilayah barat Pulau Flores itu untuk membaptis sejumlah penduduk setempat.

Pembatisan pertama terjadi pada 17 Mei 1912 di Jengkalang Reo. Saat itu ada lima orang dibaptis menjadi Katolik. Momen bersejarah ini kemudian dianggap sebagai pertanda awal benih-benih iman Katolik yang menyebar di tanah Manggarai.

Benih iman Katolik ini kemudian tumbuh subur berkat kerja keras para misionaris SVD yang mulai berkarya di Manggarai pada 1914. Saat merayakan usia seabad pada 2012 lalu, jumlah umat Katolik di Keuskupan Ruteng yang meliputi Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur sebanyak 755.208 jiwa.

Mereka tersebar di 80 paroki, dan terbagi dalam 2.500 Komunitas Umat Basis (KUB). Umat tersebut dilayani sekitar 227 imam dari pelbagia ordo dan tarekat.

Baca juga: Vatikan tetapkan Romo Siprianus Hormat sebagai Uskup Ruteng


Kerinduan umat

Kerinduan umat Katolik Manggarai untuk memiliki seorang uskup yang definitif akhirnya terjawab pada Rabu (13/11) setelah Paus Fransiskus di Vatikan City menetapkan Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Siprianus Hormat, Pr (53) sebagai Uskup Ruteng, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Pengumuman penetapan Uskup Ruteng di Pulau Flores itu dilakukan dalam ibadat sabda yang berlangsung di Gereja Katedral Ruteng, Kabupaten Manggarai, Rabu (13/11) malam.

Vikaris Jenderal Keuskupan Ruteng, Romo Alfonsius Segar, Pr membacakan secara langsung surat Duta Besar Vatikan untuk Indonesia tentang penetapan Romo Siprianus Hormat sebagai Uskup Ruteng.

Surat keputusan itu dibacakan di hadapan ratusan umat Katolik, para pastor, biarawan dan biarawati yang menghadiri ibadat sabda pengumuman penetapan Uskup Ruteng tersebut.

Surat keputusan penetapan Romo Siprianus Hormat, Pr sebagai Uskup Ruteng itu ditujukan kepada Uskup Denpasar Mgr. Silvester San, Pr sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Ruteng setelah mundurnya Uskup Ruteng Huber Leteng pada 2017.

Romo Siparinus Hormat yang lahir di Cibal, Kabupaten Manggarai pada 16 Juli 1966 saat ini masih menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif KWI di Jakarta. "Pentahbisan uskup Ruteng yang baru akan dilaksanakan pada Maret 2020 atau tiga bulan setelah pengumuman uskup terpilih berlangsung," ujar Romo Alfonsius Segar.

Umat Katolik di wilayah Manggarai Raya yang meliputi Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur, dan Manggarai Barat begitu gembira atas keputusan Sri Paus yang telah menetapkan Romo Siprianus Hormat sebagai Uskup Ruteng.

Sejak resmi menjadi sebuah keuskupan pada 3 Januari 1961, Keuskupan Ruteng sudah dipimpin oleh empat orang uskup, yakni Mgr Wilhelmus van Bekkum, SVD (1961-1972).

Uskup yang lahir di Achterveld Provinsi Utrcth Belanda pada 13 Maret 1910 itu, bergabung dengan Serikat Sabda Allah atau SVD pada 1929 dan ditahbiskan menjadi imam pada 18 Agustus 1935 di Teteringen Belanda.

Ia kemudian diutus menjadi misionaris di Ende Flores pada 1936. Lalu, kemudian ditugaskan di Manggarai sebagai pastor pembantu pada 1937 hingga 1940.

Ia diangkat menjadi uskup Ruteng pada 3 Januari 1961 bersamaan dengan peningkatan status Vikariat Apostolik Ruteng menjadi Keuskupan Ruteng. Mgr Van Bekkum diemerituskan pada 1972 saat usianya masih 62 tahun. Ia wafat di Rumah Sakit St Rafael Cancar pada 11 Februari 1998 dan dikuburkan di samping gereja Katedral baru Ruteng.

Baca juga: Mgr Hubertus dan Sejarah Keuskupan Ruteng


Terjawab sudah

Uskup berikutnya adalah Mgr. Vitalis Jebarus, SVD (1973-1981). Uskup kelahiran Wangkung, Manggarai pada 26 Februari 1929 itu ditahbiskan menjadi imam pada 14 Januari 1959 di Ledalero dan kemudian berkarya di wilayah Sikka Lela selama 12 tahun.

Tahta Suci menunjuknya sebagai uskup Ruteng pada 17 Maret 1973 dan ditahbiskan menjadi uskup pada 5 Mei 1973. Pada 4 September 1980, ia ditunjuk menjadi Uskup Denpasar dan pada 22 September 1998, Mgr Vitalis wafat di Jarkata.

Uskup Ruteng ketiga adalah Mgr. Eduardus Sangsun, SVD (1985-2008). Pria kelahiran Karot-Ruteng pada 14 Juni 1943 ini, ditahbiskan menjadi imam pada 12 Juli 1972. Pada 3 Desember 1984, ia ditunjuk menjadi Uskup Ruteng dan ditahbiskan menjadi Uskup Ruteng ketiga pada 25 Maret 1985. Pada 13 Oktober 2008, Mgr Edu menghembuskan nafasnya terakhir di Jakarta.

Uksup keempat adalah Mgr. Hubertus Leteng Pr (2010-2017). Uskup kelahiran Taga-Ruteng pada 1 Januari 1959 ini ditahbiskan menjadi diosesan Keuskupan Ruteng pada 29 Juli 1988 di Gelora Samador, Maumere.

Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Teresianum Roma pada tahun 1992 hingga 1996. Setelah itu kembali ke Indonesia dan menjadi staf pengajar di STF Ledalero Maumere. Sejak 2009, ia menjadi Praeses di Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret Maumere.

Ia kemudian ditunjuk oleh Tahta Suci Vatikan menjadi Uskup Ruteng pada 7 November 2009 dan kemudian ditahbiskan menjadi uskup pada 14 April 2010.

Mgr Hubert mengundurkan diri dari jabatannya sebagai uskup pada Rabu (11/10/2017). Sejak saat itu, kesukupan Ruteng untuk sementara dipimpin Mgr Silvester San, Uskup Denpasar. Namun, kabar gembira tentang siapa gembala bagi ratusan ribu umat Katolik di Tanah Manggarai, akhirnya terjawab sudah.

Dalam tradisi Gereja Katolik, keuskupan adalah sebuah wilayah administratif yang diatur oleh seorang uskup. Dalam Gereja Katolik Roma, karena pengelompokan beberapa keuskupan yang berdekatan menjadi suatu Provinsi Gerejani keuskupan tertentu berfungsi sebagai pemersatu dan disebut keuskupan agung, dan dipimpin oleh Uskup Agung.

Menurut Hukum Gereja Katolik Roma, Keuskupan atau dioses adalah bagian umat Katolik yang tinggal dalam suatu daerah dengan batas-batas tertentu, dengan seorang Uskup yang adalah pengganti rasul Yesus Kristus mempersatukan mereka sebagai guru dalam ajaran, imam dalam ibadat suci dan pelayan dalam kepemimpinan.

Keuskupan juga disebut Gereja Partikular dalam relasi dengan Gereja Semesta (Universal) yang dipimpin Paus. Hanya Paus yang mempunyai wewenang untuk mendirikan suatu Keuskupan setelah mendengarkan alasan-alasan yang diajukan para Uskup di daerah itu.

Pada umumnya suatu Keuskupan dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil, yang disebut Paroki, di mana Uskup dibantu Pastor Paroki dalam melaksanakan tugas pemersatu, sebagai guru ajaran, imam dalam ibadat dan pelayan dalam kepemimpinan.

Di Indonesia saat ini, terdapat 38 buah keuskupan, di mana 10 keuskupan di antaranya merupakan keuskupan agung, 27 merupakan keuskupan sufragan (relasi keuskupan agung), dan satu ordinariat militer.

Enam di antara sepuluh Keuskupan Agung didirikan bersamaan dengan pendirian hirarki Gereja Katolik Roma di Indonesia pada tanggal 3 Januari 1961, yaitu Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Agung Medan, Keuskupan Agung Pontianak, dan Keuskupan Agung Semarang.

Sedangkan Keuskupan Agung Merauke didirikan pada tanggal 15 November 1966, dan Keuskupan Agung Kupang didirikan pada tanggal 23 Oktober 1989. Kemudian Keuskupan Agung Samarinda didirikan pada tanggal 29 Januari 2003, dan Keuskupan Agung Palembang didirikan pada tanggal 1 Juli 2003.*

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019