Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (Apjati) mendorong penyiapan pekerja migran Indonesia  terampil yang dibutuhkan di luar negeri.

"Kami memahami bahwa pidato Presiden Jokowi tentang perlunya bangsa ini menyiapkan agenda Sumber Daya Manusia (SDM) unggul untuk bisa bersaing dengan negara-negara lain. Itu merupakan agenda yang kita persiapkan untuk lima tahun ke depan," ujar Ketua Umum Apjati, Ayub Basalamah, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.

Dia menambahkan Lembaga Moneter Dunia atau IMF meramalkan pada 2020 ekonomi dunia akan tumbuh 3,5 persen atau lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya 3,6 persen.
Baca juga: Apjati minta pembangunan SDM unggul perhatikan pekerja migran.
Baca juga: Apjati siap bekerja sama dengan menteri ketenagakerjaan baru

Ayub menjelaskan, kelambanan pertumbuhan ekonomi dunia ini juga akan berimbas kepada Indonesia yang salah satunya ialah dalam hal penciptaan lapangan kerja di dalam negeri.

Apalagi Indonesia juga mendapatkan Bonus demografi yang diprediksi akan terjadi pada 10 tahun ke depan. Bonus demografi yaitu kondisi jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan 30 persen adalah penduduk dengan usia non-produktif (di bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun).Bila dilihat dari jumlahnya, penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta, sementara penduduk non-produktif hanya 60 juta.

"Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain kecuali menyiapkan PMI yang berdaya saing."

Dia menambahkan Filipuna mengandalkan pemasukan utama dari sektor pekerja migran yang memiliki kompetensi tinggi. Padahal, jumlah penduduknya lebih kecil dari Indonesia tetapi nilai remitansinya setahun mencapai 24 miliar dolar AS.
Baca juga: Menegakkan benang basah penempatan PMI ke Saudi
Baca juga: Apjati sebut sistem satu kanal lindungi pekerja Indonesia di Saudi
Ayub menambahkan, peningkatan remitansi itu berkaitan dengan PMI yang terampil, bersertifikat, memiliki kemampuan bahasa di negara penempatan,
termasuk mampu berbahasa Inggris merupakan bonus utama bagi PMI.

"Kami terus mendorong pengembangan kompetensi PMI agar memiliki daya saya tinggi. Asumsinya, dengan dengan jumlah penempatan PMI yang besar seharusnya remitansi yang dihasilkan juga besar."

Apjati juga terus melakukan peningkatan kualitas PMI melalui Sistem Penempatan Satu Kanal (SPSK) ke Arab Saudi yang sudah berjalan saat ini. Selama delapan tahun devisa Indonesia dari Timur Tengah menurun drastis karena tidak ada penempatan PMI.

"Dengan pembukaan penempatan PMI ke Arab Saudi diharapkan akan meningkatkan remitansi dari Arab Saudi. Selain itu, Apjati juga sedang menjalin kerja sama dengan negeri Tiongkok di sektor pelaut, perikanan dan sektor manufaktur dan lainnya," terang Ayub.

Apjati mencatat sepanjang 2019, remitansi atau layanan jasa pengiriman uang dari luar negeri oleh PMI mencapai Rp218 triliun.
Baca juga: Apjati: Benahi tata niaga penempatan untuk dapatkan PMI berkualitas
Baca juga: Apjati dorong pemerintah capai taget 70.000 PMI ke Jepang

Pewarta: Indriani
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019