Jika di Jawa Timur ada 800 ribu anak-anak yang pakai popok, sehari ganti tiga kali, artinya ada 2,4 juta sampah popok..
Mojokerto (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan jika pembuangan sampah popok ke sungai merupakan permasalahan serius dan harus ditangani dengan seksama serta menjadi pekerjaan rumah bersama.

"Jika di Jawa Timur ada 800 ribu anak-anak yang pakai popok, sehari ganti tiga kali, artinya ada 2,4 juta sampah popok. Kalau separuhnya dibuang ke sungai, itu masalah serius," kata Khofifah pada acara Adopsi Sungai Brantas Gerakan Aksi Bersih Sungai Tahun 2020 di Taman Brantas Indah (TBI) Kabupaten Mojokerto, Minggu.

Terkait dengan permasalahan ini, pihaknya akan terus berkoordinasi, dan membuat kerja sama baik swasta maupun daerah lain termasuk Jawa Tengah yang memiliki masalah yang sama.

Baca juga: Kerusakan infrastruktur Sungai Brantas kian mengkhawatirkan
 
Khofifah menyatakan telah menyusun kerja sama dengan investor dari Inggris, terkait inovasi popok ramah lingkungan. Popok tersebut nantinya bisa dipakai hingga beberapa kali, sehingga diharapkan memberi dampak positif terhadap ekosistem lingkungan.

"Kami juga koordinasi dengan Bapak Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah, terkait sungai Bengawan Solo. Permasalahannya sama dengan Jatim (sampah popok di sungai). Kami terus bangun partnership dengan dunia industri juga," kata Khofifah.

Baca juga: DLH: Sungai jangan dijadikan tempat membuang buang popok

Dirinya juga menyerukan gerakan sebar biji buah karena, lebih baik untuk tidak membuang biji buah begitu saja.

"Kalau makan buah, bijinya jangan dibuang langsung. Lebih baik disimpan, lalu dikeringkan. Nanti bisa bisa disebar di tempat-tempat gersang. Jika bijinya tumbuh telah ikut memelihara ketersediaan sumber air di bumi Jawa Timur," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Bupati Mojokerto Pungkasiadi, menjelaskan Pemkab Mojokerto akan terus bersinergi dengan unsur pemerhati lingkungan dan setuju, jika permasalahan buang sampah popok di sungai harus diatasi segera.

Baca juga: Dasar sungai Brantas turun 5-10 meter akibat penambangan liar

Menurutnya anggapan di masyarakat terkait buang sampah popok harus di sungai, perlu diluruskan dengan sosialisasi dan edukasi yang mengena.

"Masyarakat sudah kadung percaya, buang sampah popok bayi di sungai agar bayi tidak ‘suleten’ dalam tradisi lokal. Biar adem, begitu kepercayaannya. Ini yang harus diluruskan. Mesti ada sosialisasi dan edukasi. Sungai itu sumber air, tidak boleh dicemari," katanya.

Wabup juga menginfomasikan agenda bersih-bersih sungai bersama Aliansi Air, bertajuk River to River Journey.

Kegiatan ini rencananya akan digelar tanggal 5-7 November depan. Kegiatan akan diikuti kurang lebih 2.500 relawan, yang akan melakukan lari estafet sejauh 88 km sepanjang hulu hingga hilir untuk aksi bersih-bersih sungai.

Pembukaan acara ini diawali penyerahan santunan oleh Gubernur Khofifah pada 20 orang pemulung sampah, wilayah Kabupaten dan Kota Mojokerto. Dilanjutkan penyerahan drop box sampah pada Ponpes Al Istiqomah Desa Mojokarang Kecamatan Dlanggu. Serta, penanaman 500 batang bibit pohon trembesi di sepanjang bibir sungai Brantas.

Pada aksi susur sungai, dilakukan penebaran 50.000 benih ikan jenis Sengkaring, Baderbang, Uceng, Muraganting, Betik, Nilem Ireng, Nilem Abang, Wader Pari, dan Wader Cakul. Susur sungai selesai di DAM Lengkong.

Baca juga: Plastik dan popok bayi dominasi sampah di Sleman
Baca juga: Sampah popok bayi sebagai media tanaman hias wakili Yogyakarta

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019