ya ini mau kembali sama suami. Namun belum dapat tiket.
Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Kapolres Tulungagung AKBP Eva Guna Pandia, Rabu menyalurkan bantuan paket sembako dan sejumlah uang tunai ke delapan warga asal Tulungagung yang menjadi korban kerusuhan Wamena sehingga harus pulang kampung karena alasan keamanan dan keselamatan.

Bertempat di aula Mapolres Tulungagung, Kapolres Eva Guna Pandia simbolis menyerahkan langsung bantuan tersebut dengan disaksikan sejumlah jajarannya.

"Ini sesuai dengan jargon kita, Tulungagung Astuti. 'Agunge Sikap Tulung-Tinulung' (besarnya sikap saling tolong-menolong). Sehingga apa yang bisa kami bantu, paling tidak ada perhatian dari kita berupa sembako dan tali asih," katanya.

Ia menjelaskan, delapan warga itu, salah satunya sekeluarga, merupakan korban kerusuhan Wamena.

"Mereka sempat tinggal dan bekerja di tanah Wamena, Papua di berbagai bidang pekerjaan. Ada yang di sektor pekerja bangunan, pedagang, pengusaha katering ataupun menjadi transmigran," katanya.

Baca juga: DPD RI bantu perantau Sumbar korban Wamena Rp850 juta
Baca juga: Kemsos bantu usaha ekonomi produktif bagi pengusaha korban kerusuhan


Namun kerusuhan yang terjadi sporadis di Wamena yang dipicu isu makar kelompok kriminal bersenjata (KKB) dengan berkamuflase aksi pelajar Papua telah membuyarkan asa mereka meraup rezeki di Bumi Cendrawasih itu.

Susanto, seorang pendatang asal Tulungagung yang saat itu sedang bekerja sebagai kuli bangunan di proyek pembangunan instalasi gawat darurat RSUD di Wamena bertutur, saat itu dia harus bersembunyi dari pagi hingga sore hari saat kerusuhan terjadi.

"Saya baru bisa keluar setelah ada mobil TNI datang melakukan evakuasi di rumah sakit," tuturnya.
Kapolres Tulungagung AKBP Eva Guna Pandia (tengah) menyerahkan tali asing kepada korban kerusuhan Wamena asal Tulungagung yang saat ini memilih pulang kampung di Tulungagung, Rabu (23/10/2019) (Destyan Handri Sujarwoko)


Susanto sempat enam bulan di Wamena, bekerja di sektor bangunan itu. Kini setelah kerusuhan, dirinya memilih pulang dan tak ingin kembali ke tanah Papua karena alasan keamanan dan keselamatan. 

Baca juga: Kemsos bantu usaha ekonomi produktif bagi pengusaha korban kerusuhan
Baca juga: ACT buka pusat krisis penanganan dampak kerusuhan Wamena di Sumbar


Namun tidak semua menyatakan ingin pulang selamanya. Salah satu keluarga korban kerusuhan yang sebelumnya bekerja sebagai pengusaha katering di kantin AURI di Wamena, Supartini (33) mengaku ingin kembali lagi ke Wamena.

Dia beralasan telah diminta langsung pihak AURI di Wamena untuk beraktivitas kembali meneruskan usaha katering yang sempat dia tinggalkan karena alasan keamanan.

"Ya ini mau kembali sama suami. Namun belum dapat tiket. Kami usahakan secepatnya, toh kondisi di Wamena saat ini sudah aman dan kondusif," katanya.

Kapolres Eva Guna Pandia menyerahkan pilihan sikap yang diambil masing-masing pengungsi korban Wamena, baik yang memilih pulang kampung di Tulungagung selamanya maupun yang kembali ke Wamena.

Dia dan seluruh jajaran Polres Tulungagung maupun masyarakat Tulungagung yang lain hanya bisa berdoa semoga usaha dan ikhtiar para korban Wamena bisa lancar dan sukses.

"Apapun yang dipilih. Kami doakan yang terbaik. Bantuan dan santunan ini lebih ditujukan untuk memotivasi saudara-saudara kita ini bahwa mereka tidak sendirian. Kami akan ikut berdoa dan mendukung mereka untuk survive dan kembali menjadi sukses," ujar Pandia.

Usai penyerahan bantuan, salah satu pengungsi memberikan sebotol madu khusus dari tanah Wamena kepada Kapolres Pandia sebagai kenang-kenangan sekaligus bentuk rasa hormat dan respek atas kepedulian jajaran Polres Tulungagung itu.

Baca juga: 5.500 pengungsi korban kerusuhan Wamena butuh bantuan
Baca juga: ACT siap bantu angkut pengungsi korban kerusuhan Wamena

 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019