Bintan (ANTARA) (ANTARA) - RSUD Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, telah menarik semua peredaran obat lambung ranitidin yang dianggap dapat memicu penyakit kanker.

“Obat yang sudah ditarik sebanyak 17.300 tablet dan 3.975 ampul,” ujar Dirut RSUD Bintan, Benni Antomi, Senin.

Menurut Benni, penarikan dilakukan sesuai instruksi Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat yang meminta agar obat ranitidin itu tidak diedarkan kepada pasien atau masyarakat di Bintan.

Obat dimaksud terdiri dari dua jenis yaitu ranitidin tablet 150 mg dan ranitidin injeksi 25 mg hasil produk PT Dexa Medika dan PT Hexparm Jaya.

“Intruksi Dinkes Bintan, obat itu dikembalikan ke pihak distributor yaitu PT Anugrah Agron Medical,” katanya.

Baca juga: Apoteker nyatakan Ranitidin hanya ada di apotek

Baca juga: IDI: Cemaran ranitidin juga terdapat di makanan


Kendati kedua jenis obat itu sudah diamankan dan tak boleh diedarkan, Benni menyatakan hal tersebut tidak berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan obat bagi pasien karena masih banyak alternatif obat lambung lainnya di rumah sakit ini.

“Karena pada dasarnya penggunaan ranitidin adalah obat yang menurunkan produksi asam lambung saja,” katanya.

BPOM melalui laman resminya www pom.go.id, memutuskan menghentikan sementara peredaran obat yang mengandung ranitidin setelah mendapat pemberitahuan dari Badan Pangan dan Obat-obatan Amerika Serikat dan Badan Obat Eropa mengenai keamanan obat-obatan yang mengandung ranitidin.

BPOM menyebutkan bahwa menurut studi global ambang batas NDMA yang diperbolehkan adalah 96 nanogramper hari. Konsumsi NDMA melebihi ambang batas tersebut dalam jangka lama bisa menimbulkan kanker.

Baca juga: BPOM hentikan sementara obat mengandung Ranitidin

Baca juga: Dinkes Bekasi akan sebar edaran penarikan ranitidi


Pewarta: Ogen
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019