Jakarta (ANTARA) - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) memanfaatkan penyaluran dana desa untuk mengurangi jumlah stunting di Indonesia.

"Tentu stunting ini driver utamanya adalah Kementerian Kesehatan. Tetapi dana desa ini impact-nya besar sekali buat mengurangi stunting," kata Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo setelah memberikan sambutan dalam SDGs Annual Conference 2019 Indonesia yang digelar di Fairmont Hotel Jakarta, Rabu.

Baca juga: Pemerintah salurkan Rp42,2 triliun dana desa per Agustus 2019

Ia mengatakan masalah utama yang mendorong peningkatan jumlah stunting di Indonesia adalah kurangnya fasilitas air bersih dan fasilitas lain yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Oleh karena itu, Kemendes PDTT memanfaatkan dana desa untuk membangun fasilitas penting yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.

"Stunting itu karena enggak ada air bersih. Nah, dengan dana desa terbangun lebih dari 1 juta unit air bersih," katanya.

Baca juga: Cegah "stunting", menurut GAIN bukan asal anak kenyang
Baca juga: Cegah kekerdilan, GAIN dorong perubahan perilaku pemberian makanan


Dana desa juga telah menghasilkan pembangunan puluhan ribu Pondok Bersalin Desa (Polindes) dan Posyandu dan juga MCK.

"Posyandu itu untuk penyuluhan kepada ibu-ibu. Terus kita juga membangun MCK. Karena sanitasi yang tidak bersih juga salah satu penyebab gizi turun sehingga menyebabkan stunting," katanya lebih rinci.

Pembangunan fasilitas-fasilitas tersebut diupayakan seiring dengan upaya yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan kementerian lain untuk mengurangi angka stunting di Indonesia.

"Ya, tentu untuk mengatasi stunting ini kita bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan kementerian lain," katanya.

Baca juga: IDI edukasi kekedilan-kesehatan reproduksi di sejumlah kota

Pewarta: Katriana
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019