Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif LSM Greenomics Indonesia Elfian Effendi mengatakan di Jakarta, Selasa, terkait dengan kasus kebocoran gas yang mengakibatkan fenomena semburan lumpur di Kali Tunjungan, Jakarta Utara, pemerintah harus lebih memperkuat sistem deteksi dini terhadap kebocoran yang terkait dengan infrastruktur di bawah tanah seperti sambungan gas. Semburan lumpur yang ternyata disebabkan kebocoran pipa gas itu telah diketahui oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) yang juga sudah mengirim tim sejak Sabtu (5/7). Sebelumnya, semburan lumpur yang terjadi di Kali Tunjungan di daerah Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, pertama kali terpantau warga sekitar pada hari Minggu (29/6). Akibatnya, sejumlah warga kini merasa cemas karena kejadian tersebut mengingatkan mereka dengan fenomena Lumpur Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur. Menurut Elfian, proses memperkuat deteksi dini itu dapat dilakukan dengan membuat pemetaan sistem saluran perpipaan bawah tanah agar dapat ditemukan berbagai titik-titik yang berpotensi untuk terjadinya kebocoran. Selain itu, ujar dia, pemerintah juga perlu membuat semacam tim Unit Reaksi Cepat (URC) yang dapat segera melakukan antisipasi dan perbaikan terhadap segala bentuk kebocoran yang terkait dengan pipa bawah tanah. Sebelumnya, Pelaksana Harian General Manager PGN Unit Distribusi Wilayah I Jawa Bagian Barat, Toto Purnomo dalam rilisnya pada Minggu (6/7) mengatakan, semburan lumpur di Kali Tunjungan disebabkan kebocoran pipa gas yang memiliki diameter enam inci. Toto mengemukakan, pihaknya telah mengantisipasi dengan menutup sementara aliran gas di sekitar lokasi kejadian dan sudah mengirim tim teknis untuk melakukan perbaikan secepatnya. Ia juga mengatakan, penutupan tersebut menyebabkan pasokan gas kepada pelanggan akan terganggu selama beberapa hari. Tidak ada baik korban maupun kerugian materil karena kebocoran pipa gas itu.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008