Semoga membawa kesan tersendiri, karena Bapak dan Ibu hadir di tengah hamparan pemandangan persawahan dengan tanaman padi yang sedang tumbuh dipagari gunung dan perbukitan
Tabanan (ANTARA) - Festival Jatiluwih 2019 yang menampilkan perpaduan alam dan budaya dibuka secara resmi oleh Tenaga Ahli Menpar bidang Pemasaran dan Kerjasama I Gede Pitana, di sebuah bukit areal persawahan Jatiluwih yang disebut D'Uma, Jatiluwih, Penebel, Jumat siang, dengan ditandai pemukulan gong.

Kegiatan yang berlangsung pada 20-22 September 2019 dengan mengusung tema "Sri Pahngayu Jagat " yang berarti "memuliakan Dewi Sri untuk dapat memberikan manfaat dan kesejahteraan pada masyarakat di kawasan" itu dibuka dengan tarian kolosal Rejang Kesari yang melibatkan 400 orang penari.

Baca juga: Polri-TNI bentangkan "Merah-Putih" kelilingi objek wisata Jatiluwih

Pembukaan juga dihadiri Ketua DPRD Provinsi Bali, Pangdam IX Udayana, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya, Asisten I Setda Provinsi Bali, Ketua DPRD Tabanan, Perwakilan Bupati/Walikota se Bali, Forkompinda Tabanan, Sekda Tabanan, Instansi Vertikal dan BUMD beserta OPD di lingkungan Pemkab Tabanan.

Pada kesempatan tersebut, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti yang akrab disapa Eka mengucapkan selamat datang kepada seluruh undangan yang hadir di kawasan Budaya Dunia Jatiluwih.

Baca juga: PMK fasilitasi Badan Pengelola Warisan Budaya Dunia untuk jaga subak

"Semoga membawa kesan tersendiri, karena Bapak dan Ibu hadir di tengah hamparan pemandangan persawahan dengan tanaman padi yang sedang tumbuh dipagari gunung dan perbukitan," ucap Bupati Eka.

Orang nomer satu di Tabanan itu mengungkapkan keunikan alam Jatiluwih ini menjadikan Jatiluwih ditetapkan sebagai warisan Budaya Dunia, dengan aktivitas budaya pertaniannya dalam wadah lembaga.

Baca juga: Hotel-restoran di Bali tawarkan diskon besar-besaran mulai Oktober

"Karena itu, sangat tepat Festival Jatiluwih ke tiga ini mengusung tema Sri Pahngayu Jagat, dimana hakikat Dewi Sri dalam falsafah Hindu Bali adalah kuasa atas kelahiran dan kehidupan, representasi yang disimbolkan dengan padi," katanya.

Menurut dia, kondisi alam ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan mancanegara, yang mana wisatawan dapat langsung terlibat dalam aktivitas pertanian di daerah tujuan wisata (DTW) ini sehingga menjadi aset yang sangat berharga bagi para petani.

Selain itu, pengembangan kepariwisataan di kawasan ini dibangun dengan konsep pariwisata untuk petani, sehingga petani adalah aktor dari kegiatan pariwisata dan mendapat manfaat dari pariwisata. Dengan adanya festival ini sangat memotivasi masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Tabanan untuk bersama masyarakat Jatiluwih sepakat menjaga alam dan budaya untuk dilestarikan.

Bupati Eka menambahkan, Festival Jatiluwih menampilkan berbagai potensi pertanian, mulai dari produk olahan pertanian, sajian kuliner, aktivitas panen tradisional dan pengolahan lahan pertanian secara tradisional.

"Mari kita jadikan event ini sebagai wahana untuk pelestarian, wahana peningkatan produktivitas berbagai sektor, wahana promosi memperkenalkan wilayah ini sebagai salah satu destinasi wisata menarik yang ada di Kabupaten Tabanan, wahana pemberdayaan dan menyejahterakan masyarakat," kata Bupati Eka.

Bupati Eka atas nama Pemerintah Kabupaten Tabanan beserta seluruh masyarakat Tabanan juga memohon Kementerian Pariwisata untuk mempromosikan Festival Jatiluwih ini untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik ke Jatiluwih, sehingga terwujudnya masyarakat Tabanan yang Sejahtera, Aman dan Berprestasi.
 

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf/Pande Yudha
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019