New York (ANTARA) - Harga minyak turun tipis pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), setelah Presiden AS Donald Trump memecat penasihat keamanan nasional John Bolton, yang mengambil sikap keras terhadap Iran, meningkatkan spekulasi kembalinya ekspor minyak mentah Iran ke pasar.

Namun demikian, jaminan menteri energi baru Arab Saudi untuk pengurangan produksi berkelanjutan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya mendukung pasar.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November turun 0,21 dolar AS menjadi ditutup pada 62,38 dolar AS per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober berkurang 0,45 dolar AS menjadi menetap di 57,40 dolar AS per barel.

Harga minyak beringsut lebih tinggi dalam perdagangan pasca penyelesaian (pasar reguler) setelah data industri menunjukkan penurunan yang jauh lebih besar dari perkiraan dalam persediaan minyak mentah AS.

Stok minyak mentah AS turun 7,2 juta barel pekan lalu, lebih besar dari ekspektasi analis untuk penarikan 2,7 juta barel, data dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) menunjukkan. Angka resmi akan dirilis pada Rabu waktu setempat.

Trump tiba-tiba memberhentikan Bolton di tengah ketidaksepakatan tentang bagaimana menangani tantangan kebijakan luar negeri seperti Korea Utara, Iran, Afghanistan dan Rusia.

Bolton (70), datang ke posisi itu pada April 2018, dan sejak itu dikenal sebagai sosok hawkish dalam pemerintahan Trump yang mengadvokasi kebijakan luar negeri yang keras, terutama dalam hal Iran dan Afghanistan.

"Pasar menganggap itu sebagai tanda bahwa pemerintahan Trump mungkin menjadi kurang hawkish di Iran, membuka pembicaraan dan kemungkinan kembalinya minyak Iran," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago.

Ekspor minyak mentah Iran dipangkas lebih dari 80 persen karena sanksi yang diberlakukan kembali oleh Amerika Serikat setelah Trump keluar tahun lalu dari perjanjian nuklir Iran dengan kekuatan dunia 2015. Pada Mei, Washington mengakhiri keringanan sanksi yang diberikan kepada importir minyak Iran, yang bertujuan untuk memotong ekspor Teheran menjadi nol.

Pasar semakin ditekan oleh Badan Informasi Energi AS (EIA) yang menurunkan perkiraan harga minyak mentah spotnya, kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.

Dalam Prospek Energi Jangka Pendek bulanan terbarunya, EIA mengurangi perkiraan untuk harga minyak mentah West Texas Intermediate untuk 2019 menjadi rata-rata 56,31 dolar AS per barel dari 57,87 dolar AS dalam laporan Agustus.

EIA juga mengurangi perkiraan harga spot Brent untuk 2019 menjadi rata-rata 63,39 dolar AS per barel dari 65,15 dolar AS.

Harga minyak lebih tinggi di awal sesi setelah Pangeran Abdulaziz bin Salman, menteri energi baru Arab Saudi dan anggota lama delegasi Saudi untuk OPEC dan sekutunya, mengatakan kebijakan kerajaan tidak akan berubah dan kesepakatan global untuk memotong produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari akan dipertahankan.

Dia menambahkan bahwa apa yang disebut aliansi OPEC+, yang mencakup produsen non-OPEC seperti Rusia, akan berlaku untuk jangka panjang.

Komite pemantauan gabungan menteri OPEC+ (JMMC), yang melaporkan kepatuhan dengan pemotongan, akan bertemu pada Kamis di Abu Dhabi.

Goldman Sachs menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak 2019 menjadi satu juta barel per hari, turun 100.000 barel per hari, tetapi mempertahankan perkiraan pertumbuhan permintaan tahun 2020 secara luas tidak berubah pada 1,4 juta barel per hari.

"Prospek permintaan-pasokan minyak kami untuk 2020 menyerukan pemotongan produksi OPEC tambahan untuk menjaga persediaan mendekati normal," tulis analis Goldman dalam sebuah catatan.

Baca juga: Harga minyak naik, setelah Putra Raja Salman tegaskan kurangi produksi
Baca juga: Harga minyak naik setelah OPEC indikasikan pangkas produksi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019