Kegiatan ekspor konsentrat PT Freeport tahun ini memang sangat menurun, tiga bulan terakhir benar-benar stop
Timika (ANTARA) - Pejabat Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Amamapare, Timika, menyebutkan selama tiga bulan terakhir sejak Mei 2019 PT Freeport Indonesia belum melakukan ekspor konsentrat.

Kepala Kantor KPPBC Amamapare I Made Aryana melalui Pelaksana Harian Faudzi Ahmad Syafrullah di Timika, Jumat, mengatakan kegiatan ekspor konsentrat Freeport berhenti total selama tiga bulan terakhir lantaran produksi tambang menurun. Selain itu, Freeport juga belum mengantongi izin ekspor terbaru dari Kementerian Perdagangan.

"Kegiatan ekspor konsentrat PT Freeport tahun ini memang sangat menurun, tiga bulan terakhir benar-benar stop," kata Faudzi.

Baca juga: Brimob Polda Kalteng bantu pengamanan area Freeport saat HUT RI

Pihak KPPBC Amamapare berharap paling lambat akhir Agustus ini Freeport sudah bisa kembali melakukan kegiatan ekspor konsentrat sehingga bea keluar dan pajak penghasilan ekspornya bisa menambah devisa untuk negara.

Hingga 31 Juli lalu, katanya, total penerimaan negara dari bea ekspor dan pajak penghasilan ekspor serta bea impor yang diterima KPPBC Amamapare berjumlah lebih dari Rp600 miliar.

Dibanding tahun-tahun sebelumnya, penerimaan KPPBC Amamapare itu sangat menurun signifikan.

Baca juga: TNI antisipasi pergerakan KKSB ganggu Freeport saat HUT RI

Pada 2018, realisasi penerimaan negara melalui KPPBC Amamapare tercatat senilai Rp4,688 triliun atau mencapai 278,76 persen dari target. Saat itu total konsentrat yang diekspor Freeport mencapai 1,2 juta metrik ton.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas belum lama ini menyebut saat ini perusahaan tersebut tengah dalam masa transisi dari penambangan terbuka ke penambangan bawah tanah sehingga berpengaruh terhadap produksi konsentrat yang dihasilkan.

Baca juga: Freeport buka kembali akses jalan tambang tertutup longsor

Menurut Tony, penurunan produksi tambang Freeport tahun 2019 hingga 2020 diperkirakan berkisar 40 persen hingga 50 persen dari kondisi normal.

Tahun 2019 ini Freeport mengalokasikan dana 1 miliar dollar AS untuk belanja modal guna pengembangan investasi tambang bawah tanahnya.

Diperkirakan produksi tambang Freeport kembali meningkat mulai 2021 dan akan kembali normal mulai 2022 dengan target mampu menghasilkan 200.000 ton ore per hari.

"Tahun 2022 sudah bisa sampai 200.0000 ton ore, 2021 mungkin hanya 60 juta ton per tahun. Sedangkan tahun 2020 masih rendah sekitar 40 jutaan ton per tahun," kata Tony.

Baca juga: Produksi bijih turun 50 persen, Freeport yakin kembali optimal 2022

 

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019