Jakarta (ANTARA) - Pertamina siap menambah pasokan listrik 55 MW di Sumatera Selatan melalui pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 1.

“Beberapa tahapan komisioning sudah dilakukan, dan kami menargetkan pada akhir Agustus 2019 atau paling lambat awal September 2019 sudah beroperasi komersial,” kata Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Ali Mundakir di Jakarta, Kamis.

Lebih lanjut ia menjelaskan dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lumut Balai Unit 1 tersebut maka secara nasional total kapasitas PLTP akan mencapai angka 2005 MW, sehingga menempatkan Indonesia semakin kokoh di urutan ke-2 dunia untuk pemanfaatan energi panasbumi setelah Amerika.

"Selain itu, juga berperan menurunkan emisi CO2 sebesar 286 ribu ton/tahun dan penghematan cadangan devisa migas sebesar 2.600BOEPD” tambah Ali.

Tentu saja hal ini semakin membuktikan komitmen Pertamina dalam pengembangan energi ramah lingkungan (green energy) untuk mendukung kebijakan Pemerintah dalam mengurangi emisi CO2 termasuk sebagaimana yang telah disampaikan dalam COP-21 di Paris. Untuk itu, Pertamina menargetkan penambahan kapasitas terpasang PLTP mencapai 1.112 MW pada tahun 2026.

Lebih lanjut, Ali merinci bahwa PLTP yang dioperasikan oleh PGE saat ini ialah PLTP Kamojang (235 MW), PLTP Ulubelu (220 MW), PLTP Lahendong (120 MW), PLTP Karaha (30 MW) dan PLTP Sibayak (12 MW) dengan total kapasitas terpasang 617 MW.

“Dengan tambahan 55 MW dari PLTP Lumut Balai Sumatera Selatan, maka nantinya total kapasitas terpasang PGE akan menjadi 672 MW.” kata Ali.

Saat ini PGE juga sedang mengembangkan panas bumi di Proyek Hululais, Bengkulu; Proyek Sungai Penuh, Jambi; dan PLTP unit 2 di Proyek Lumut Balai, Sumsel, serta tiga inisiasi eksplorasi di Proyek Seulawah, Aceh; Proyek Gunung Lawu, Jawa Tengah; dan Proyek Hululais Extension (Bukit Daun), Bengkulu.

Baca juga: PLTP Lumut Balai I dijadwalkan beroperasi Agustus 2019

Baca juga: Pemerintah targetkan 7.200 MW dari panas bumi pada 2025

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019