Kendari (ANTARA) - Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara sepanjang tahun 2018 terdapat 343 Ibu hamil di wilayah tersebut terinfeksi virus hepatitis B dari 9.428 ibu hamil yang dilakukan skrining.

Kepala Seksi Penyakit Menular Dinkes Sultra, dr Irma Jumiati di Kendari, Jumat mengatakan secara keseluruhan Dinkes Sultra belum memiliki data untuk semua kelompok umur, kecuali pada ibu hamil dimana ibu hamil dilakukan skrining tiga penyakit menular yaitu hepatitis B, HIV AIDS, dan sifilis dalam upaya untuk mencapai Triple Eliminasi Penularan Penyakit menular dari ibu ke janin yang dikandung.

"Yang paling tinggi itu di Konawe Selatan, sebanyak 97 orang untuk tahun 2018, di Kota Kendari sekitar 38 orang, kalau untuk seluruh kelompok umur kami belum punya data yang valid," kata dr Irma Jumiati, saat menggelar pertemuan validasi data hepatitis dan PISP TK se-kabupaten/kota se-Sultra, di Kendari, Jumat.
Baca juga: Kenali hepatitis B, penularan hingga pencegahannya

Dia menjelaskan, bahaya jika terinfeksi hepatitis banyak orang tidak memiliki gejala khas dan tidak tahu mereka sudah terinfeksi, namun lama-kelamaan jaringan hati akan rusak sampai terjadi kanker hati, dan jika sudah terjadi kanker maka bisa terjadi kematian. Sehingga Hepatitis Juga sering disebut sebagai Silent Killer.

Selain itu, dr Irma Jumiati juga menjelaskan, salah satu penyebab penyakit hepatitis adalah virus, dimana virus hepatitis itu terdiri dari hepatitis A, hepatitis B,hepatitis C, D, hepatitis E sampai J.

"Untuk hepatitis ada beberapa penyebabnya salah satunya penyebabnya adalah virus, virus hepatitis A dan hepatitis E penularannya dari kotoran atau makanan yang terkontaminasi oleh virus, dan hepatitis B dan C penularannya lewat darah atau hubungan seksual ataupun penggunaan jarum yang tidak aman misalnya tato," jelasnya.
Baca juga: Kenali hepatitis B, penularan hingga pencegahannya
Baca juga: Dekan FKUI: Masyarakat kerap tak sadar idap hepatitis
Baca juga: Mitos dan fakta seputar hepatitis
Peserta pertemuan validasi data hepatitis dan PISP TK se-kabupaten/kota se-Sultra, di Kendari, Jumat (9/8/19). (ANTARA/Harianto)

Dalam melakukan deteksi dini, dapat dilakukan dengan skrining atau pemeriksaan virus hepatitis B, dengan intervensi program, utamanya lewat program ibu hamil, pada saat pemeriksaan kehamilan masih tiga bulan pertama dilakukan pemeriksaan hepatitis B.

"Jika ibunya positif hepatitis B maka begitu bayinya lahir dalam waktu 24 jam akan diberikan vaksin hepatitis dan imunoglobulin hepatitis B, kemudian ibunya akan dirujuk ke dokter penyakit dalam untuk mendapatkan pengobatan selanjutnya," ujarnya.

Dia juga menjelaskan penyebaran virus hepatitis hampir sama denga HIV, dimana bisa lewat darah, bisa lewat hubungan seks, tetapi kalau hepatitis A dan E bisa sembuh dengan sendirinya, dan untuk hepatitis B jika dideteksi sejak dini kemudian diobati juga bisa sembuh.

"Tapi kalau tidak diobati akan berkembang sampai menjadi kanker hati, sedangkan virus HIV memang sama sekali belum ada obat yang betul-betul bisa menghilangkan virus itu kecuali menekan perkembangan virus katanya.

Dalam kesempatan itu, ia menghimbau agar masyarakat untuk selalu melakukan perilaku hidup sehat dan menghindari perilaku-perilaku yang bisa beresiko untuk tertular hepatitis B, kemudian kami sarankan agar ibu hamil bisa melakukan screening atau pemeriksaan hepatitis B, dan jika ada keluarga yang terkena virus hepatitis B sebaiknya anggota keluarga yang melakukan pemeriksaan juga.

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019