Bandung (ANTARA) - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani mengimbau kepada pendaki agar tidak melakukan aktifitas wisata maupun upacara kemerdekaan 17 Agustus di puncak Gunung Slamet yang kini dalam status Waspada.

"Jadi rekomendasi tidak ada aktivitas atau pendakian di radius 2 kilometer dari kawah karena ada potensi erupsi," kata Kasbani di Kantor PVMBG, Kota Bandung, Jumat.

Gunung Slamet yang memiliki ketinggian 3.432 mdpl di Jawa Tengah itu dipastikan statusnya ditingkatkan dari semula Level 1 (Normal) menjadi Level 2 (Waspada) sejak tanggal 9 Agustus pukul 09.00 WIB.

Kasbani mengatakan peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Slamet dapat berpotensi menyebabkan erupsi tanpa terprediksi secara pasti. Walaupun demikian, dia mengatakan pihaknya akan terus menginformasikan kepada masyarakat setiap peningkatan aktivitas yang terjadi.

"Apalagi ini kan ada 17 Agustus itu ada upacara jangan sampai naik di atas wilayah 2 kilometer dari kawah," kata dia.

Menurutnya, pemantauan aktivitas Gunung Slamet telah dilakukan secara baik. Pos pemantauan yang berada pada radius 8,5 kilometer dari puncak, telah memiliki peralatan yang lengkap.

Berdasarkan hasil pemantauan dari bulan Juni hingga tanggal 8 Agustus, diketahui Gunung Slamet mengeluarkan asap kawah berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal dan memiliki ketinggian maksimum 300 meter dari atas puncak.

Selain itu, pihaknya mencatat telah terjadi 51.511 kali gempa hembusan, 5 kali gempa tektonik lokal, dan 17 kali gempa tektonik jauh. Sedangkan tremor atau gerakan seismograf masih terus berlangsung yang berada pada amplitudo 0,5 hingga 2 milimeter.

"Kami punya pos di sana yang jaraknya 8,5 kilometer dari puncak dan peralatan yang relatif komplit untuk peralatan sistem monitoringnya. Jadi untuk gunung ini relatif terpantau dengan baik," jelas dia.

Kasbani juga menjelaskan erupsi yang berpotensi terjadi di Gunung Slamet adalah erupsi magmatik. Erupsi magmatik tercatat terakhir kali terjadi yakni lima tahun lalu atau tepatnya pada tahun 2014.

Kemudian ada pula potensi erupsi freatik terjadi dengan ditandai uap air sedangkan erupsi magmatik ditandai dengan ke luarnya magma. Erupsi magmatik, kata dia, dapat diinisiasi atau diawali dengan erupsi freatik.

"Untuk peletusan Gunung Slamet ini umumnya magmatik bisa juga dia diawali dengan freatik, tapi pada umumnya adalah magmatik dan gunung ini erupsi terakhir pada lima tahun yang lalu itu," kata dia.

Baca juga: Waspadai Gunung Slamat, Banyumas gelar simulasi penanganan erupsi
Baca juga: PVMBG: Gunung Slamet masih berstatus "waspada"
Baca juga: Gunung Slamet terus keluarkan gempa embusan

 

Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019